Akhir akhir ini keberadaan MAPALA dan SISPALA semakin tersudutkan. Hal itu dikarenakan pada saat melakukan diklatsar ada beberapa calon anggotanya yang meninggal. Diluar sana banyak komentar dan gagasan yang berterbangan di dunia maya. Pernyataan pernyataan tersebut semakin membuat kita bingung tentang apa yang terjadi sebenarnya. Apalagi gagasan tersebut berasal dari pemikiran yang tidak begitu mendalam sehingga menebarkan pernyataan pernyataan yang semakin membuat tenggelam MAPALA dan SISPALA. Jika anda ingin tahu bagaimana dan apa itu MAPALA maka langsung saja tanyakan pada anggotanya atau pendirinya.
Pertama tama saya ingin meluruskan tentang citra MAPALA dan SISPALA yang semakin tenggelam. Permisalanya seperti ini, jika ada maling di Kp. rambutan apakah berarti semua orang di kampung tersebut adalah maling ?, tentu tidak. Intinya adalah tidak semua MAPALA dan SISPALA itu buruk meskipun ada juga yang demikian. Tidak bisa kita menyimpulkan tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh sebuah MAPALA adalah cerminan dari seluruh MAPALA di indonesia. Segera jernihkan pemikiran kita dan mulailah berfikir terbuka. Sampai disini harusnya anda paham bahwa di indonesia ini masih banyak MAPALA yang baik daripada MAPALA yang buruk.
Sebelum masuk MAPALA biasanya calon anggota harus melewati Diklatsar. Kenapa harus ada diklatsar ?
Diklatsar adalah kepanjangan dari pendidikan dan latihan dasar. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendidik dan melatih calon anggota MAPALA. Kegiatan ini harusnya mendidik para peserta bukan malah membuatnya tewas. Semua MAPALA mempunyai cara tersendiri dalam melakukan Diklatsar. Jika setiap MAPALA melakukan diklatsar sesuai prosedur maka tidak akan ada yang meninggal dalam kegiatan tersebut.
Dalam diklatsar biasanya peserta diberikan doktrin tentang loyalitas dan solidaritas. Bayangkan jika setiap anggota tidak memiliki loyalitas, mungkin organisasi tersebut akan punah beberapa tahun mendatang. Bayangkan jika setiap anggota tidak memiliki solidaritas, bagaimana bisa organisasi tersebut bisa berkembang. Dalam MAPALA memang dibutuhkan rasa solidaritas yang tinggi karena mereka sering melakukan kegiatan di alam bebas. Jangan pernah menyamakan MAPALA dengan HM yang cenderung berkegiatan di lingkungan yang nyaman. Dalam keadaan keadaan sulit jati diri setiap manusia akan terlihat. Jika solidaritas kita tidak terlatih maka kita akan semakin terpuruk dalam kesulitan.
Tolong digaris bahawi bahwa MAPALA berbeda dengan HM, Rohis dan organisasi lainya.
Kenapa Diklatsar biasanya dilakukan di alam liar seperti hutan dan gunung, kenapa tidak di halaman kampus atau bahwan di teras mall ?
Begini bro, MAPALA sangat erat dengan kegiatan kegiatan alam seperti mendaki gunung, panjat tebing, arung jeram, SAR dan kegiatan outdorr lainya. Jika kita melakukan Kegiatan Diklatsar di teras kampus maka pada pendakian pertama semua anggota MAPALA akan tumbang di tengah jalan. Atau bahkan jika anggota MAPALA tersebut terjun dalam kegiatan SAR, bukan semakin membantu tapi malah semakin memperkeruh keadaan. Kenapa ?
Karena mereka dididik di lingkungan yang nyaman kemudian disuruh melakukan kegiatan di lingkungan yang liar. Dengan cara seperti itu maka mereka akan mudah tumbang jika melakukan kegiatan di alam liar. Oleh karena itu biasanya diklatsar dilakukan di gunung dan hutan untuk melatih mental dan fisik para pesertanya. Itulah sebabnya alumni MALAPA biasanya sangat tangguh di lapangan. Mereka tidak manja karena sudah terlatih hidup di alam bebas.
Menurut saya diklatsar tetap harus diadakan, cuma perosedurnya harus benar benar dipatuhi. Beberapa waktu yang lalu instansi saya (Bakosurtanal) melakukan pelatihan dengan WANADRI di hutan kareumbi Bandung. Orang orang di instansi tersebut sudah tidak muda lagi. Bayangkan saja, ada yang sudah mempunyai 2 anak, ada yang perutnya begitu buncit, ada yang baru pertama kali masuk ke hutan, ada yang menjerit jerit ketika terkena lumpur, ada yang tidak pernah bisa hidup tanpa signal dan lain sebagainya. Tapi semuanya berlangsung dengan aman dan terkendali. Sekali lagi, prosedur yang mereka terapkan benar benar pantas diacungi jempol. Tim medis, tim psikolog dan semua anggota lainya benar benar pandai menyusun skema.
Jadi intinya Diklatsar itu harusnya memberi manfaat bagi pesertanya. Jika dalam kegiatan tersebut terjadi sebuah kecelakaan maka jangan salahkan "Diklatsar" atau "MAPALA", tapi coba dikoreksi lagi prosedur yang digunakan.
Adalah sebuah kesalahan besar jika kita coba menghapuskan MAPALA dari muka bumi
Ditulis oleh : Pendiri MAPALA
Sebelum masuk MAPALA biasanya calon anggota harus melewati Diklatsar. Kenapa harus ada diklatsar ?
Diklatsar adalah kepanjangan dari pendidikan dan latihan dasar. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendidik dan melatih calon anggota MAPALA. Kegiatan ini harusnya mendidik para peserta bukan malah membuatnya tewas. Semua MAPALA mempunyai cara tersendiri dalam melakukan Diklatsar. Jika setiap MAPALA melakukan diklatsar sesuai prosedur maka tidak akan ada yang meninggal dalam kegiatan tersebut.
Dalam diklatsar biasanya peserta diberikan doktrin tentang loyalitas dan solidaritas. Bayangkan jika setiap anggota tidak memiliki loyalitas, mungkin organisasi tersebut akan punah beberapa tahun mendatang. Bayangkan jika setiap anggota tidak memiliki solidaritas, bagaimana bisa organisasi tersebut bisa berkembang. Dalam MAPALA memang dibutuhkan rasa solidaritas yang tinggi karena mereka sering melakukan kegiatan di alam bebas. Jangan pernah menyamakan MAPALA dengan HM yang cenderung berkegiatan di lingkungan yang nyaman. Dalam keadaan keadaan sulit jati diri setiap manusia akan terlihat. Jika solidaritas kita tidak terlatih maka kita akan semakin terpuruk dalam kesulitan.
Tolong digaris bahawi bahwa MAPALA berbeda dengan HM, Rohis dan organisasi lainya.
Kenapa Diklatsar biasanya dilakukan di alam liar seperti hutan dan gunung, kenapa tidak di halaman kampus atau bahwan di teras mall ?
Begini bro, MAPALA sangat erat dengan kegiatan kegiatan alam seperti mendaki gunung, panjat tebing, arung jeram, SAR dan kegiatan outdorr lainya. Jika kita melakukan Kegiatan Diklatsar di teras kampus maka pada pendakian pertama semua anggota MAPALA akan tumbang di tengah jalan. Atau bahkan jika anggota MAPALA tersebut terjun dalam kegiatan SAR, bukan semakin membantu tapi malah semakin memperkeruh keadaan. Kenapa ?
Karena mereka dididik di lingkungan yang nyaman kemudian disuruh melakukan kegiatan di lingkungan yang liar. Dengan cara seperti itu maka mereka akan mudah tumbang jika melakukan kegiatan di alam liar. Oleh karena itu biasanya diklatsar dilakukan di gunung dan hutan untuk melatih mental dan fisik para pesertanya. Itulah sebabnya alumni MALAPA biasanya sangat tangguh di lapangan. Mereka tidak manja karena sudah terlatih hidup di alam bebas.
Menurut saya diklatsar tetap harus diadakan, cuma perosedurnya harus benar benar dipatuhi. Beberapa waktu yang lalu instansi saya (Bakosurtanal) melakukan pelatihan dengan WANADRI di hutan kareumbi Bandung. Orang orang di instansi tersebut sudah tidak muda lagi. Bayangkan saja, ada yang sudah mempunyai 2 anak, ada yang perutnya begitu buncit, ada yang baru pertama kali masuk ke hutan, ada yang menjerit jerit ketika terkena lumpur, ada yang tidak pernah bisa hidup tanpa signal dan lain sebagainya. Tapi semuanya berlangsung dengan aman dan terkendali. Sekali lagi, prosedur yang mereka terapkan benar benar pantas diacungi jempol. Tim medis, tim psikolog dan semua anggota lainya benar benar pandai menyusun skema.
Jadi intinya Diklatsar itu harusnya memberi manfaat bagi pesertanya. Jika dalam kegiatan tersebut terjadi sebuah kecelakaan maka jangan salahkan "Diklatsar" atau "MAPALA", tapi coba dikoreksi lagi prosedur yang digunakan.
Adalah sebuah kesalahan besar jika kita coba menghapuskan MAPALA dari muka bumi
Ditulis oleh : Pendiri MAPALA
2 komentar:
ya ya ya
bisa jadi bahan bacaan yg bagus
keren bang
Posting Komentar