25 Nov 2013

Biar foto yang berbicara

Salah satu tujuan sebuah foto diciptakan adalah untuk menyampaikan sesuatu pada para penikmatnya. Untuk menyampaikan maksud tersebut sebuah foto harus dapat berbicara. Sebuah foto bisa menyampaikan berbagai informasi pada para penikmatnya. Ada foto yang diciptakan untuk menyampaikan keindahan alam, biasanya aliran fotografi landscape. Ada foto yang diciptakan untuk menyampaikan cerita antar manusia, biasanya aliran fotografi human interest. Ada juga foto yang diciptakan hanya untuk memamerkan teknik yang digunakan dalam pembuatanya, seperti aliran fotografi fast shutter speed atau low shutter speed.

Foto yang bagus adalah foto yang dapat berbicara walaupun tidak terdapat judul fotonya. Dalam hal ini kita memang ingin menyampaikan maksud melalui sebuah foto, bukan melalui judulnya atau diskripsinya. Jika kita ingin menyampaikan maksud melalui judul foto atau diskripsinya maka sebenarnya foto itu tidak lagi diperlukan karena tanpa foto tersebut pembaca sudah tau tentang cerita dan maksud dari foto tersebut melalui diskripsinya.

Bukan berarti judul foto dan diskripsi foto itu tidak penting. Tapi sebagai juru foto harusnya kita mencoba menyampaikan makna menggunakan foto yang kita buat bukan melalui diskripsi fotonya. Jika kita mencoba menitik beratkan penyampaian makna foto menggunakan diskripsi maka kita lebih cocok disebut sebagai penulis daripada tukang foto. Oleh karena itu dalam penyampaian makna sebuah foto kita harus melakukanya melalui foto tersebut dan tidak terlalu tergantung dengan judul dan diskripsinya.

Perhatikan foto ini !

Seorang pendaki gunung yang telah tersesat selama 1 minggu. Dia mencoba bertahan hidup seorang diri. Dia tidak mempunyai air dan makanan lagi. Teman temanya telah lenyap kerana jatuh ke jurang. Dia telah berjalan selama puluhan kilometer selama siang dan malam.

Penikmat foto tidak peduli terhadap diskripsi foto yang ada. Yang terlihat di foto hanyalah seorang yang berdiri sendiri sambil memandangi sabana dan gunung yang berada di seberangnya. Tidak ada sesuatu dalam foto tersebut yang membuktikan tentang diskripsi foto tersebut.

Pada kenyataanya dia adalah pendaki yang mendaki bersama teman temanya. Teman temanya sedang tidur oleh karena itu mereka tidak nampak di foto. Dia tidak sedang tersesat. Dia hanya berjalan sepanjang 5 Km untuk sampai di tempat tersebut.

Perhatikan foto ini !

Sebuah sunrise dari puncak gn. Slamet
Foto tersebut tidak bisa membuktikan bahwa foto tersebut memang di ambil dari puncak gunung slamet. Harusnya tukang fotonya memasukkan sesuatu yang menjadi cici khas gunung slamet, misalnya tugu trianggulasi, kawah Gunung Slamet atau pemandangan lain yang menjadi ciri khas gunung slamet. Yang bisa kita dapat dari foto tersebut hanyalah sebuah sunrise yang entah diambil dari mana. Bisa dari belakang rumah, dari jendela gedung, dari ujung bukit dll.

Inilah pentingnya komposisi sebuah foto. Sebuah foto harusnya bisa bercerita tanpa harus kita membantunya untuk bercerita. Penikmat foto tidak peduli terhadap diskripsi yang tidak bisa dibuktikan lewat foto. Mereka hanya melihat apa yang ada di dalam foto tersebut. Oleh karena itu Bialah foto yang berbicara

SALAM JEPRET



Tidak ada komentar:

Posting Komentar