Pengemis jalanan |
Foto by : Catatan Pendaki Gunung
Tulisan ini merupakan sambungan dari tulisanku sebelumnya yang berjudul "Pertanyaan dari para pengemis".
Dibaca dulu ya gan, soalnya kalau belum baca tulisan yang itu nggak akan sinkron sama tulisan yg ini
Pada umunya orang yang mengemis adalah mereka yang tidak mampu untuk bekerja. Tidak mungkin seseorang yang sudah tua dan buta bisa bekerja mencari nafkah. Tidak mungkin juga seseorang yang cacat dan lumpuh bisa bekerja mencari uang. Harusnya pandangan masyarakat tentang pengemis adalah seperti demikian sehingga banyak dari kita yang sering berbagi rejeki kepada pengemis
Tapi pandangan itu berubah seketika karena ulah beberapa orang yang memanfaatkan keadaan. Ada beberapa orang yang sebenarnya mampu untuk bekerja tapi memilih untuk mengemis. Bahkan mereka juga mengajarkan kegiatan mengemis pada anak anak mereka. Mereka juga membawa anak anak mereka untuk mengemis di jalanan.
Orang yang demikian tersebut adalah seorang pengemis palsu. Sering kali mereka hanya menyamar agar mendapat belas kasihan dari orang orang yang melihatnya. Kadang mereka tidak buta, tapi pura pura buta. Kadang mereka bisa berjalan tapi pura puran lumpuh. Kadang mereka sengaja mengotori dirinya agar dikira pengemis yang perlu dikasihani.
Sebelum masuk ke sebuah masjid di kota semarang. Aku pernah memberikan uang pada seorang pengemis yang mengemis dengan cara tengkurap. Pandangan matanya tampak tidak teratur sehingga aku mengiranya orang gila. Setelah aku keluar dari masjid aku melihatnya sedang duduk sambil menyandarkan dirinya di tembok. Dia tampak sangat sehat dan sangat normal. Kali ini aku merasa telah di tipu. Orang ini benar benar memanfaatkan belas kasihan orang lain.
Pernah aku bertemu dengan anak kecil yang sedang mengemis. Beberapa waktu yang lalu aku melihatnya membeli rokok di sebuah warung kecil di pinggir jalan. Jika aku memberinya uang maka uang tersebut akan dibelikanya rokok, bukan untuk dibelikan makan. Dia sudah kecanduan rokok sejak kecil. Lihatlah apa yang mampu rokok perbuat pada generasi muda bangsa ini.
Segala cara dilakukan agar mereka mendapat belas kasihan dari orang orang yang melihatnya. Pengemis pengemis palsu tersebut menyusup ke jalanan dan berada di antara pengemis pengemis asli. Dengan tingkat penyamaran yang sudah begitu mahir kita akan kesulitan membedakan mana pengemis asli dan mana pengemis palsu.
Keberadaan pengemis pengemis palsu sempat terbongkar di media beberapa waktu lalu. Terbongkarnya penyemaran pengemis pengemis palsu tersebut menciptakan pandangan yang berbeda terhadap para pengemis. Dulu kala semua orang yang mengemis adalah murni mereka yang tidak mampu bekerja. Tapi kini pandangan tersebut berubah. Masyarakat mulai menaruh curiga terhadap para pengemis yang ada di jalanan.
"Kebanyakan pengemis hanyalah orang orang yang malas bekerja dan sengaja mencari rupiah dengan memanfaatan belas kasian orang lain". Pandangan tersebut lah yang melekat pada pemikiran banyak orang akhir akhir ini. Pandangan tersebut mendorong keluarnya peraturan untuk tidak memberi uang pada pengemis. Akibatnya tidak ada orang lagi yang memberi uang pada pengemis. Para pengemis asli yang notabene benar benar mengemis karena tidak mampu menjadi korban dari perubahan pandangan masyarakat tersebut. Kini mereka semakin menderita dan semakin sengsara.
Pihak yang paling bertanggung jawab dalam hal ini adalah para pengemis palsu yang telah merubah pandangan masyarakat tentang para pengemis. Secara tidak langsung mereka sebenarnya telah membunuh para pengemis asli dengan perlahan. Diantara banyak pengemis yang ada di jalanan masih ada pengemis yang benar benar membutuhkan bantuan dari kita. Kita hanya harus belajar tentang bagaimana cara membedakan pengemis asli dan palsu tersebut.
Kini permasalahanya bukan lagi pertempuran antara nilai kemanusiaan dan nilai kebangsaan. Kedua nilai tersebut bisa denga mudah dimanipulasi oleh manusia manusia picik. Kini kita harus berfikir bagaimana cara membumi hanguskan pengemis pengemis palsu tersebut agar mereka bisa tergerak untuk bekerja sehingga para pengemis asli masih bisa mendapat belaskasihan dari masyarakat.
Sekali lagi kita harus melihat lebih jeli tentang hal ini. Pilih pilihlah ketika memberi uang pada pengemis. Jangan sampai uang yang anda berikan pada pengemis dipakai untuk membeli rokok, membuat tatto, mengecat rambut, membeli tindik. Atau bahkan membuat rumah, membeli handphone atau membeli mobil. Sementara itu para pengemis asli tidak mempunyai uang untuk membeli sesuap nasi.
Kesimpulanya lebih baik taati aturan untuk tidak memberi uang pada pengemis. Tapi jika hati anda tidak kuat berilah uang pada pengemis yang benar benar pengemis
"Secara tidak langsung pengemis palsu telah membunuh pengemis asli"
Salam lestari
2 komentar:
mantap kang..inspiratif
Makasih kang, :D
Semoga bermanfaat
Posting Komentar