Tiap pagi saya sering pergi ke sebuah perumahan di dekat kos. Saya menyusuri rumah demi rumah hingga sampailah di belakang perumahan tersebut. Di sanalah saya sering menghabiskan waktu ketika pagi, menikmati terbitnya mentari dari sisi timur. Tempat ini cukup tinggi tapi yang lebih penting tempat ini selalu sepi. Tempat ini berada di ujung bukit sehingga kita bisa memandang sang mentari tanpa terhalang oleh apapun. Tampak ladang ladang penduduk membentang di lereng bukit. Sedangkan gunung ungaran masih berdiri jauh di ujung sana.
Dari beberapa objek yang terlihat di bawah sana tampak sebuah objek yang paling mencolok. Objek tersebut terlihat seperti bukit yang dijadikan tempat galian tanah. Alat alat berat menggerus bukit tersebut setiap hari sehingga menjadikan bentuknya aneh. Meskipun aneh tapi bukit tersebut tampak indah, mirip green canyon di amerika. Bermodalkan kekaguman tersebut saya berusaha menyusuri bukit tersebut.
Jam 15.00 WIB saya segera meluncur ke arah bukit tersebut. Bermodalkan ingatanku tentang rupa bukit tersebut saya pun berangkat. Semakin saya mendekatinya maka ketinggian tempat saya berpijak pun semakin berkurang. Akibatnya bukit tersebut terhalang oleh pemukiman. Semakin saya mendekatinya maka semakin tidak terlihat dimana posisinya. Saya mulai sampai di pedalaman desa. Jalanan yang saya lewati semakin suram dan sepi. Ternyata bukit itu tidak sedekat apa yang terlihat. Saya mengikuti beberapa truck galian tanah yang sedang lewat. Truck itu akan mengantarkan saya menuju galian tanah di sekitar sini yang tidak lain adalah bukit tersebut.
Jam 16.00 WIB saya sampai di bukit tersebut. Pemandangan yang tersaji di sini sangatlah menawan. Bukit yang telah di poles dengan alat berat menjadi keindahan tersendiri di sore itu. Disini sangatlah sepi, hanya terlihat beberapa truck yang lewat mengantarkan galian tanah. Beberapa orang pekerja terlihat berjalan pulang ke rumah karena hari sudah menjelang sore.
Saya mengeluarkan Nikon D3200 dari dalam tas. Saya pasang Filter CPL yang mempunyai fungsi untuk memekatkan warna pada foto. Kamera ini masih menggunakan lensa kit 18-55 mm. Saya tak pernah malu menggunakan lensa kit. Foto adalah tentang bagaimana kita memotret bukan tentang seberapa hebat kamera kita.
Saya kembali menyusuri tiap sudut tempat ini, mencoba menguak keindahan yang tersembunyi. Sebenarnya tempat ini sangat berbahaya. Tidak jarang pekerja meninggal dunia karena tertimpa oleh bebatuan dari atas bukit. Bukit yang telah di garuk sedemikian rupa menjadi sangat rapuh sehingga mudah rubuh.
Sore itu angin menerpa kesendirianku,
Meniupkan keindahan, memecah kesepian,
Keindahan ini menjadi teman yang setia menunggu,
Setiap sore, setiap waktu
Ketika jenuh menyerang dengan hebatnya,
Menghadirkan penat yang sangat mengganggu,
Bukit ini masih disini menunggu,
Membantuku membunuh jenuh,
Kini aku tak lagi disini
Tapi adamu akan selalu memberi arti
Kini saya telah lulus dari UNDIP
Suatu saat, aku akan kembali
Green Canyon Semarang
SALAM JEPRET
2 komentar:
mass itu lokasinya dimana????
lokasinya dimana ya ka? kalau saya dari tembalang rutenya kemana?
thanksss :)
Posting Komentar