12 Okt 2013

Jatidiri seorang musisi


Musik menjadi bagian dari hidupku, menjadi pena yang mencoret warna dalam setiap jejak. Musik menjadi bagian dari diriku, menjadi kanvas yang mampu menampung semua inspirasiku. Ini adalah kisah perjalanan saya di dunia musik. Perjalanan tentang pencarian jatidiri seorang musisi. Bagiku musik bukan hanya sebuah karya, tapi juga merupakan sebuah jatidiri.



Kelas 2 SMP adalah kali pertama saya bisa bermain alat musik. Saat itu saya mulai bisa bermain piano. Saya belajar secara otodidak, dari buku dan dari teman teman sekolah. Dulu saya adalah seseorang yang malu untuk belajar dari seseorang. Saya tidak pernah meminta siapapun mengajariku bermain piano. Saya hanya mendekat, melihat mereka yang bisa bermain piano dan semua itu sudah cukup untuk membuat saya menjadi bisa.

Setelah itu saya membeli sebuah gitar. Guitar itu kini menjadi sesuatu yang berharga bagiku. Umurnya kini sudah 9 tahun. Tapi sampai hari ini guitar itu masih menggantung di kamarku. Pernah suatu ketika saya terfikir untuk membeli yang baru. Tapi memainkan alat musik bukan hanya tentang teknologi dan teknik, tapi juga tentang hubungan rasa antara alat musik tersebut dengan penggunanya.

Lagi lagi saya tidak mencoba belajar dari seorang pun. Saya belajar bermain guitar dari sebuah buku. Pacar saya memintaku untuk mengajarinya bermain guitar, tapi saya selalu menolaknya. Saya benar benar tidak tau cara mengajari seseorang bermain guitar karena saya juga tidak pernah diajari oleh seseorang untuk bermain guitar.

Setiap malam minggu tidak ada tempat yang bisa saya tuju selain studio band. Kala itu saya mempunyai sebuah band yang terdiri dari teman teman sekolah. Itu adalah band pertama saya, tapi saya telah lupa apa nama band tersebut. Kami sempat mengikuti beberapa perlombaan musik, tapi kami tidak sekalipun juara. Waktu demi waktu berlalu hingga akhirnya kelulusan sekolah membubarkan band ini.

Ketika SMA banyak panggung hiburan sekolah dimana kita bisa memperlihatkan bakat bermusik kita. Setiap band berusaha menunjukkan kemampuan yang terbaik yang dimilikinya. Mereka membawakan lagu lagu yang sangat sulit untuk dibawakan. Membawakan lagu lagu dengan tingkat kesulitan tinggi menjadi sebuah kebanggan tersendiri ketika itu.

Ketika kelas 1 SMA saya tidak lagi malu untuk belajar musik dari seseorang. Ketika itu ada seorang teman sekelasku yang sering saya minta untuk mengajariku bermain musik. Dia bisa memainkan alat musik apapun, hal itu menjadikanya musisi terhebat disekolahan ketika itu. Dia bisa memainkan lagu lagu paling sulit di saat semua orang tidak bisa memainkanya. Dia bisa menemukan kunci lagu dengan mudah, bahkan tanpa perlu memegang alat musik. Waktu demi waktu berlalu. Kamipun mulai jarang bertemu karena sudah tidak lagi menjadi teman 1 kelas.

2 tahun berselang kami tergabung dalam sebuah band darurat yang hanya dibentuk untuk mengisi acara di sekolahan. Kali ini saya sudah lebih mahir dari sebelumnya, saya lebih mahir bermain piano daripada guitar. Saat itu dia memegang posisi sebagai guitar melodi sedangkan saya masih setia memegang piano. Kami bertempur dalam sebuah lagu, menunjukkan siapa yang terhebat dalam bermain musik. Lagu yang sebenarnya biasa biasa saja disulap menjadi sebuah lagu yang kaya warna. Setiap saya memainkan teknik teknik sulit berkecepatan tinggi dia kembali membalasnya dengan petikan guitarnya. Ketika itu kami sangat menikmati pertempuran hingga memporak porandakan lagu yang kami mainkan. 

Tapi kini saya sadar, bermain musik bukan hanya tentang teknik teknik tinggi yang kita miliki. Bermain musik adalah tentang menyusun not dan melodi seindah mungkin. Untuk menjadikan sebuah lagu yang indah terkadang kita hanya perlu memainkan musik dengan sederhana. Salah besar jika kita mengganggap bahwa teknik adalah segala galanya dalam bermain musik. Bagimanapun bermusik adalah tentang rasa.

Ketika masuk di bangku kuliah saya beralih profesi jadi seorang bassist. Lagu Bang Bondan prakoso menginspirasi saya untuk bisa memainkan bass. Bermain bass memiliki kenikmatan tersendiri yang tidak bisa didapatkan dari alat musik lain. Saya mulai jatuh cinta pada bass, dan saat berada di panggung saya tidak pernah lagi memegang guitar ataupun piano. Dalam bermain musik saya tidak bisa memainkan lagu lagu orang lain. Jika pun saya harus memainkanya mungkin akan saya kemas dalam warna yang berbeda. 

Saat itu telah banyak lagu yang saya ciptakan, mungkin sekitar 30 buah lagu. Saya lebih nyaman disebut sebagai musisi daripada disebut sebagai seorang guitaris, pianis ataupun bassist. Menciptakan lagu terasa lebih menyenangkan daripada sekedar bermain piano, guitar ataupun bass. Menciptakan lagu adalah tentang menyampaikan sebuah rasa dari dalam lubuk hati. Menciptakan lagu adalah tentang bagaimana mengkonversi sebuah rasa menjadi sebuah karya.

Menciptakan lagu membuat saya menemukan jatidiri. Bagaimanapun musisi sejati tidak memainkan lagu orang lain. Kini saya mampu menciptakan lagu dalam berbagai aliran. Saya bebas berexpresi dengan permainan piano, gitar dan bass dalam lagu lagu saya. Ini adalah lagu saya, ini adalah musik saya. Musik saya adalah perwujudan dari apa yang saya rasakan, tentang rasa yang telah saya ubah menjadi karya.

Sampai kapan kita memainkan lagu orang lain ?

Bagaimanapun kita membutuhkan jatidiri dalam berkarya. Jangan sampai kita tenggelam dalam karya orang lain. Jadilah musisi yang bisa menciptakan karya karya baru. Karya yang bisa menginspirasi banyak telinga. Saya seorang musisi, bukan guitaris, pianis ataupun bassist

Ini adalah beberapa lagu saya, maaf suara vokalnya saya hilangkan supaya tidak dibajak orang.


 SALAM LESTARI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar