Dari waktu waktu selalu ada pendaki gunung yang tersesat atau hilang di gunung. Tidak jarang sebagian dari mereka ditemukan dalam keadaan tewas. Tersesat merupakan hal yang paling menakukan bagi para pendaki gunung. Saat kita tersesat maka akses kita pada kehidupan akan terputus. Kita tidak punya air, makanan, tempat berteduh dan bantuan lain yang bisa membuat kita bertahan hidup.
Pada saat tersesat kita akan dihampiri oleh beberapa penyakit pegunungan. Hipotermia, akut mountaineering sicnes dan dehidrasi adalah beberapa jenis pembunuh paling kejam di pegunungan. Kita akan tampak seperti makhluk kecil yang berada di tengah tengah maut. Jika sudah seperti itu maka kemungkinan untuk hidup sangatlah kecil. Untuk lebih lengkapnya baca tulisan saya tentang "Penyakit mematikan di pegunungan"
Lalu apa yang membuat pendaki gunung tersesat ?
Untuk tau jawabanya anda harus bertanya kepada pendaki gunung yang pernah tersesat dan yang pernah mencari orang tersesat. Maka tepat sekali anda membaca tulisan ini. Saya pernah tersesat beberapa kali di gunung. Tapi dengan segala usaha yang tak kenal lelah saya selalu berhasil terhindar dari maut. Saya juga pernah beberapa kali mencari orang hilang di gunung meskipun tidak tergabung dalam pencarian resmi semacam SAR.
Yang membuat para pendaki tersesat adalah karena mereka memilih jalan yang salah ketika mendaki. Jika tidak ingin tersesat ajak seseorang yang sudah paham betul tentang jalur pendakian yang akan kita lewati. Jika masih ragu pada seseorang yang anda ajak maka anda bisa memakai jasa pemandu dari basecamp yang biasanya sudah sangat fasih tentang jalur pendakian tersebut.
Di gunung banyak terdapat percabangan jalan yang sering membingunkan para pendaki. Jalan jalan tersebut terkadang bukanlah jalan yang dibuat manusia untuk pergi ke puncak. Banyak jalan yang dibuat hanya untuk pergi berburu, mencari tanaman obat, mengumpulkan getah karet, mencari kayu bakar dan sebagainya. Jalan jalan tersebut biasanya dibuat oleh warga sekitar gunung. Tidak jarang jalan jalan tersebut tiba tiba buntu di tengah jalan.
Selain jalan yang dibuat manusia kadang juga terdapat jalan yang dibuat oleh binatang semacam babi hutan atau hewan lainya. Jalan ini juga sering membuat para pendaki tersesat karena mengira jalan tersebut adalah jalan pendakian menuju ke puncak. Biasanya jalan yang dibuat oleh hewan lebih mudah dikenali daripada jalan yang dibuat oleh manusia.
Medan pendakian gunung bukan hanya hutan. Terkadang kita harus melewati medan lain seperti sabana, lautan pasir, batuan kerikil, perkebunan hingga ladang penduduk. Ada banyak tempat di gunung yang lebih berbahaya dari hutan. Kali ini saya akan menjelaskan tempat seperti apa yang biasanya membuat para pendaki gunung tersesat.
1. Perkebunan dan ladang
Di perkebunan dan ladang sangat banyak terdapat percabangan jalan. Jalan tersebut umunya dibuat oleh penduduk sebagai sarana untuk mengangkut hasil perkebunan atau hasil ladang. Medan pendakian berupa ladang atau perkebunan biasanya dapat ditemui oleh para pendaki pada saat awal awal melakukan kegiatan pendakian. Untuk mengatasinya berangkatlah pada saat pagi hari. Karena pada saat pagi hari banyak warga yang sedang bekerja di ladang atau perkabunan, anda dapat bertanya kepada mereka jika bertemu percabangan jalan.
Perkebunan teh jalur lawang gunung arjuna |
2. Sabana
Bayangkan sebuah sabana yang sangat luas, berbentuk lingkaran yang terletak di tengah hutan. Kemudian anda keluar dari hutan entah dari sisi sebelah mana. Kemudian anda harus masuk ke hutan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke puncak. Maka ke arah mana anda akan bergerak ?
Tersesat di Sabana |
Seringkali pendaki bergerak ke arah yang salah. Mereka tiba tiba masuk ke dalam hutan yang tidak jelas akan membawa mereka kemana. Di sabana biasanya terdapat banyak jejak pendaki. Tapi jalan tersebut terlihat samar, tidak sejelas jalan yang membentang di tengah hutan. Akan lebih berbahaya situasinya jika di sabana terdapat banyak kabut tebal.
Sabana Gunung Papandayan |
Perhatikan foto di atas, kemana kita akan bergerak ?
3. Di Kawasan Puncak
Di kawasan puncak gunung berapi seperti semeru, slamet, rinjani atau merapi. Tidak akan ditemukan tanaman yang hidup dipuncaknya. Karena letusan gunung tersebut medan di puncaknya terdiri dari batuan, kerikil dan pasir. Dengan kondisi seperti itu tumbuhan tidak akan bisa tumbuh. Dimanapun anda berdiri maka anda seperti selalu berada di tempat yang sama karena kita akan selalu berada diantara bebatuan, pasir dan kerikil.
Setiap tempat yang anda pijak akan terlihat sama. Anda akan kesulitan untuk kembali ke titik yang sama. Jika kabut datang melanda, maka situasinya akan sangat berbahaya. Jika kabut begitu tebal mungkin jarak pandang kita hanya sekitar 5 meter. Jika anda berada beberapa meter dari teman anda maka anda tidak akan bisa melihatnya.
Biasanya pendaki tersesat di kawasan ini ketika melakukan perjalanan turun. Pendaki akan keluar dari hutan melalui sebuah lubang. Lubang tersebut terletak di plawangan. Plawangan adalah batas antara hutan dan kawasan puncak. Kemudian mereka mendaki ke puncak. Dan ketika turun dari puncak mereka tidak menemukan pintu tersebut.
Anda
terus mencari pintu tersebut, bergerak melintang meraba raba plawangan. Tapi sayangnya pergerakan anda terbatasi dengan jurang jurang
yang membentang. Plawangan adalah daerah yang sangat terjal dan labil
serta banyak jurang dan tebing. Satu satunya jalan untuk melewati jurang
tersebut adalah anda harus kembali ke atas. kenapa ?
Karena
jurang selalu mengecil di bagian atasnya, sehingga bisa diseberangi.
Tapi apakah anda punya banyak tenaga lebih untuk kembali ke atas,
menyusuri medan yang begitu terjal ?
Apa
yang dilakukan jika tenaga anda habis ?, maka anda akan memutuskan
untuk menerobos masuk ke hutan. Coba bayangkan anda berada di sebuah
hutan yg sangat lebat, tanpa jalan, tanpa jejak. Hutan tersebut
menyimpan jurang dan lubang yang tak terlihat, mereka siap memangsa
manusia, serta duri dan ranting yang siap menyayat. Pergerakan anda akan
sangat terbatasi di tempat seperti itu, anda seperti terjerak di jaring
laba laba.
Dan
sebelum anda terjerat, anda mulai sadar, anda menarik langkah untuk
mendur dan sampailah kembali di plawangan. Dengan tenaga yang
tersisa serta hari yang mulai malam. Jurang jurang plawangan akan dengan
mudah memangsa pergerakan tanpa cahaya. Dan anda akan terpenjara,
menunggu ajal menjemput.
Bagaimana saya bisa memperkirakan hal itu ?
Saya pernah mengalaminya, saya pernah tersesat di puncak, perkebunan atau sabana
Beberapa situasi di atas menyebabkan pendaki tersesat di dalam hutan. Di dalam hutan terdapat banyak jurang yang siap memangsa para pendaki sehingga tidak jarang tim SAR menemukan mayat pendaki yang terjebak di jurang karena mencoba berjalan di ganasnya belantara. Untuk gunung gunung terkenal seperti Semeru atau Rinjani kemungkinanya sangat kecil untuk menemukan hal hal seperti itu. Biasanya falititas petunjuk arah sangat lengkap di gunung gunung yang terkenal.
Nah sebagai contoh, tau tentang Pendaki gunung Semeru yg hilang baru baru ini ?
Mereka hilang karena tidak bisa menemukan pintu masuk jalur pendakian setelah turun dari kawasan puncak. Mereka bergerak terlalu ke kanan saat turun sehingga bukanya bertemu pintu masuk hutan malah bertemu dengan Zona Kematian atau sering disebut Blank 75. Ujung ujungnya mereka tertangkap oleh jurang dan tidak bisa kembali ke basecamp. Kejadian seperti ini juga sering menimpa pendaki yang mendaki gunung Slamet.
Nah sebagai contoh, tau tentang Pendaki gunung Semeru yg hilang baru baru ini ?
Mereka hilang karena tidak bisa menemukan pintu masuk jalur pendakian setelah turun dari kawasan puncak. Mereka bergerak terlalu ke kanan saat turun sehingga bukanya bertemu pintu masuk hutan malah bertemu dengan Zona Kematian atau sering disebut Blank 75. Ujung ujungnya mereka tertangkap oleh jurang dan tidak bisa kembali ke basecamp. Kejadian seperti ini juga sering menimpa pendaki yang mendaki gunung Slamet.
Pengalaman tersesat memberikan pelajaran berharga bagi saya. Semoga apa yang saya tuliskan mampu menyelamatkan para pendaki gunung dari ancaman tersesat. Beberapa pengalaman tersesat saya mungkin bisa membantu para pendaki yang belum pernah tersesat untuk membayangkan seperti apa rasanya tersesat.
Baca pengalaman saya ketika tersesat :
Juga :
Oh iya, saya butuh tanggapanya gan
Saya ingin tahu apakah tulisan dan gambar gambar yang saya buat bisa dimengerti oleh pembaca
Jika tidak, mungkin akan menjadi sebuah koreksi bagi tulisan saya
SALAM LESTARI
8 komentar:
Halo...
Bagus kok, ditambah gambarnya biar lebih segar.
Terima kasih
Terima kasih . Saya pernah hilang semalaman di hutan Semenanjung Malaysia
Inspiratif. Bener gan, ane jg ngerasain yang sama pas kesasar tapi jadi buat pembelajaran untuk pendakian berikutnya
apa benar kalau orang dehidrasi atau hipotermia (saya lupa yang mana) di gunung orang akan cenderung berjalan ke puncak dari pada turun ke bawah?
Sangat membantu ,, terimakasih banyak
http://www.toyota.astra.co.id/corporate-information/news-promo/news/mobil-toyota-new-rush-tampil-berbeda-dengan-eksterior-dan-interior-yang-unik/
Pernah aku tersesat pas turun di gunung gede balik lagi kesitu balik lagi kesitu jalan ga ada dan dibawah jurang semua hampir mau mati kehausan karna persediaan air sudah habis untung hujan dan saya bisa minum air hujan, waktu dah jam 1 mlm disitu baru aku sama temen2 nemu jalan dan alhamdulillah saya selmat
Saya juga pernah tersesat di medan bekas lahar yang kering dan jadi batu sebesar kepala orang. Ngga ada jalur, ngga ada jejak kaki (karna memang trek yg pijak dari batu tsb). Nekat menerobos, cari jalan. Dan akhirnya saya kesasar. Untung bawa binocular. Bisa selamat krna orientasi medan
Posting Komentar