"Karena yang terpenting bukan apa yang kita dapat dari dunia, tapi apa yang bisa kita beri pada dunia"
Tampilkan postingan dengan label Navigasi Darat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Navigasi Darat. Tampilkan semua postingan

Mengukur Lebar Sungai (Navigasi Darat)

Salam Lestari 

Pada dasarnya teknik dasar navigasi darat seperti mengukur azimuth, menggunakan kompas, menghitung jarak, membaca koordinat, membaca peta dan lain sebagainya bisa diibaratkan seperti bahan dasar dalam memasak. Jika bahan bahan tersebut diracik dengan takaran yang tepat maka dapat menghasilkan masakan yang sempurna. Segala persoalan yang kita hadapi di dalam bebas dapat diselesaikan dengan mengkombinasikan bahan bahan tersebut. Jika kita tidak tahu cara meracik bahan bahan tersebut maka permasalahan tidak akan terselesaikan. Tantangan selanjutnya dalam Navigasi darat adalah memadukan konsep konsep kecil tersebut menjadi sebuah solusi untuk memecahkan sebuah permasalahan.

Studi Kasus :


Tim anda tersesat ketika melakukan petualangan alam bebas. Satu satunya jalan pulang adalah menyeberang sungai. Arus sungai mengalir cukup deras. Tim anda terdiri dari 3 orang (termasuk anda). Anda adalah satu satunya orang yang bisa berenang dalam tim tersebut. Anda bisa saja menyeberang sungai dan meninggalkan 2 anggota tim yang lain. Langkah tersebut pun cukup beresiko karena arus sungai mengalir cukup deras.

Kemudian anda mengambil tali dalam tas ransel. Anda akan mengikat tali dari pohon A ke pohon B. Tali anda hanya memiliki panjang 50 meter. Anda tidak tahu jarak dari pohon A ke pohon B. Anda tidak yakin tali tersebut bisa menghubungkan pohon A dan pohon B. Anda bisa saja mengaitkan tali pada pohon A dan berenang menuju pohon B. Resiko terseburuk jika talinya kurang panjang adalah anda akan hanyut bersama arus. Kemudian 2 teman anda akan menarik tali yang terikat di pohon A sehingga anda bisa kembali berada di daratan.

Sebelum memutuskan untuk menyeberang sungai mengunakan tali ada baiknya anda mengukur terlebih dahulu jarak antar pohon A dan pohon B. Jika talinya kurang panjang maka anda dapat mengambil langkah lain, tidak perlu repot repot menyeberang sungai. Bagaimana cara mengukurnya ?. Pertama tama Tim anda harus memiliki Kertas, pensil, penggaris, busur dan kompas. Alat alat itu merupakan standar perlengkapan Navigasi Darat.


Anda berdiri di pohon A, membidikkan kompas ke pohon B, lalu hitung azimut antara pohon A dan Pohon B (353 Derajat). Setelah itu anda bergerak ke titik sembarang, di sisi lain pinggir sungai sejauh 100 langkah (Jumlah bisa bervariasi).


Dari titik sembarang (TS), bidik pohon B dan hitung azimuthnya (30 derajat). Dari titik sembarang (TS), bidik pohon A dan hitung azimuthnya (82 derajat). Lihat gambar !

Kita catat terlebih dahulu data data yang sudah terkumpul :
Azimuth Pohon A-Pohon B = 353 Derajat
Azimuth Titik Sembarang-Pohon B = 30 Derajat
Azimuth Titik Sembarang-Pohon A = 82 Derajat
Jarak Pohon A-Titik Sembarang = 100 Langkah

Langkah selanjutnya adalah buka kertas, kita akan menggambar denah sederhana dengan menggunakan pensil, busur dan penggaris.


Tahapanya sebagai berikut :
  1. Gambar titik TS dimana saja
  2. Gambar garis 1 (Azimuth 82 derajat), tarik garis dari TS ke A menggunakan bantuan busur
  3. Gambar garis 2 (Azimuth 30 derajat), tarik garis dari TS ke B menggunakan bantuan busur
  4. Gambar titik A yang berjarak 10 cm dari TS, diukur menggunakan penggaris
  5. Gambar garis 3 (Azimuth 353 derajat), tarik garis dari A ke B menggunakan bantuan busur
  6. Gambar titik B pada persimpangan garis 2 dan garis 3
  7. Ukur jarak titik A ke titik B menggunakan penggaris (Misal hasilnya 12 cm)

Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan
Jarak A-TS pada peta adalah 10 cm sama dengan 100 langkah pada keadaan sebenarnya. Maka 1 cm dalam peta menggambarkan 10 langkah pada kenyataan sebenarnya. Jika jarak A-B adalah 12 cm maka jarak sebenarnya adalah sekitar 120 langkah. Tinggal dikonversi 1 langkah anda sama dengan berapa cm (Misal 1 Meter = 3 langkah). Berarti jarak A-B pada keadaan sebenarnya adalah sekitar 40 meter. Jika panjang tali adalah 50 meter maka tali tersebut bisa digunakan untuk menghubungkan kedua pohon. 

Dengan keyakinan yang mantab anda menyeberang sungai untuk menghubungkan kedua pohon dengan menggunakan tali. Kemudian anggota tim yang tidak bisa berenang menyeberangi sungai dengan menggunakan bantuan tali yang telah terikat pada pohon.

Catatan :
Teknik tersebut hanya bisa dilakukan jika anda sudah menguasai dasar dasar Navigasi darat seperti mengukur azimuth dengan kompas, mengukur azimuth dengan busur, perbandingan jarak dll (Sudah sering saya bahas di postingan sebelumnya)

Pada dasarnya konsep yang kita gunakan sama dengan prinsip Intersection. Mencari posisi titik lain dengan 2 buah titik lain yang sudah diketahui posisinya. Jika semua titik berhasil digambarkan maka jarak antar titik tersebut dapat dihitung dengan mudah.

Tinggal bagaimana kita meracik bahan bahan yang sudah ada .........

Salam Lestari


Navigasi Darat : Menghitung Jarak Pada Peta

Dalam pembelajaran Navigasi Darat pemahaman konsep tentang pengukuran jarak sangatlah penting. Jarak digunakan untuk menghitung perkiraan waktu yang akan dihabiskan untuk sampai di tempat tujuan. Waktu yang dihabiskan berpengaruh langsung terhadap banyaknya perbekalan yang harus dibawa. Dalam navigasi darat kemampuan menghitung jarak pada peta diperlukan untuk merencanakan sebuah pergerakan. Berdasarkan kelerenganya nilai jarak dibagi menjadi 2 jenis, yaitu jarak horizontal dan jarak diagonal. 

1. Jarak Horisontal
Jarak horisontal adalah jarak datar antara 2 buah titik yang tidak dipengaruhi oleh beda ketinggian antara titik tersebut (Kelerengan "dianggap" 0 derajat). Perhatikan gambar dibawah !

Gambar 2.1 Jarak Horisontal
Setelah diukur menggunakan penggaris ternyata jarak antara titik A dan titik B pada peta adalah 8 cm. Pada peta terdapat keterangan yang mana menyatakan bahwa skala peta tersebut adalah 1 : 10.000. Dengan begitu jarak sebenarnya dapat ditentukan menggunakan rumus.

Jarak Sebenarnya = Jarak peta x Skala Peta

Jarak sebenarnya = 8 cm x 10.000 = 80.000 cm = 800 Meter
Jarak yang kita hitung menggunakan rumus diatas adalah jarak horizontal. Jarak tersebut belum mempertimbangkan beda ketinggian antara titik A dan titik B. Untuk mendapatkan jarak yang lebih teliti maka dapat menggunakan ukuran jarak diagonal. 

2. Jarak Diagonal
Jarak diagonal adalah nilai jarak yang didapatkan dengan memperhitungkan faktor kelerengan. Untuk mendapatkan informasi mengenai kelerengan kita dapat menggunakan garis kontur. Jarak diagonal tidak bisa diukur jika peta yang digunakan tidak memiliki unsur hipsografi (Garis kontur). Perhatikan gambar dibawah ini !

Gambar 2.2 Jarak Diagonal
Gambar 2.2 menggambarkan kondisi yang sama dengan gambar 2.1. Jika gambar 2.1 dilihat dari sudut pandang atas maka gambar 2.2 dilihat dari sudut pandang samping. Jarak antara titik A dan titik B’ adalah jarak Horisontal. Sedangkan jarak antara titik A dan titik B adalah jarak Diagonal. Untuk mendapatkan nilai jarak Diagonal bisa menggunakan rumus Phytagoras sebagai berikut :

Jarak A-B =  √(A-B’)² + (B’-B) ²
Jarak A-B =  √(800)² + (600) ²
Jarak A-B =  1000 Meter
Menghitung jarak diagonal memang membutuhkan perhitungan matematis yang cukup rumit. Hal itu mungkin tidak akan selalu digunakan dalam Navigasi Darat. Tapi setidaknya kita harus paham bahwa jarak horizontal dan jarak diagonal merupakan sebuah ukuran yang berbeda. Konsep yang harus kita pahami adalah jarak Diagonal selalu lebih panjang daripada jarak Horisontal.

Salam Lestari

Perlengkapan Dasar Navigasi Darat

Navigasi darat konvensional hanya dapat dilakukan jika kita memiliki beberapa perlengkapan pendukung Navigasi Darat. Setiap perlengkapan navigasi darat memiliki spesifikasi dan fungsi yang berbeda. Tanpa adanya perlengkapan tersebut maka Navigasi Darat konvensional tidak dapat dilakukan. Perlengkapan Navigasi Darat dapat diperoleh di  toko outdoor atau toko  alat tulis dengan harga yang terjangkau. Bagi seorang penggiat petualangan alam bebas maka tidak ada alasan untuk tidak memiliki berbagai perlengkapan Navigasi Darat. Berikut adalah berbagai perlengkapan Navigasi Darat beserta dengan fungsinya.


1. Kompas
Azimuth
Fungsi Kompas adalah sebagai penunjuk arah. Dengan kompas kita bisa mengerti dimana arah utara, timur, selatan dan barat sehingga kita tidak akan salah arah ketika berjalan menuju sebuah titik. Arah tidak cukup didefinisikan dengan satuan utara, timur, selatan dan barat, butuh satuan lain yang bisa mendefinisikan arah dengan lebih detail. Satuan untuk menyatakan arah adalah sudut azimuth, yaitu sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis. Garis pertama adalah garis yang menghubungkan posisi kompas dengan arah utara (Garis U) dan garis yang kedua adalah garis yang menghubungkan posisi kompas dengan target (Garis T). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

Keterangan : 
Titik A : Posisi Kompas
Titik B : Target
Sudut Azimuth : 45°
Berdasarkan pada penggunaanya kompas dibagi menjadi 2 jenis :

a. Kompas Orientering
Kompas yang berfungsi untuk memberitahu arah utara, timur, selatan dan barat tetapi kurang ideal untuk membaca arah sudut. Meskipun pada beberapa kompas orienteering terdapat bacaan sudut tapi sudut yang dihasilkan tidak lebih teliti daripada kompas bidik.

Kompas Orientering
b. Kompas Bidik
Kompas Bidik
 Selain berfungsi untuk menentukan arah kompas bidik juga berfungsi untuk mendapatkan sudut azimuth yang lebih teliti dari pada kompas orienteering. Sudut azimuth yang didapat merupakan sudut azimuth yang diukur langsung di lapangan, bukan diperoleh melalui peta. 

2.Busur
Navigasi darat : Busur
Fungsi busur derajat dalam Navigasi darat adalah untuk mengukur sudut azimuth pada peta. Kita bisa menggunakan busur sederhana seperti yang banyak beredar di pasaran. Mengukur sudut azimuth pada peta sebenarnya juga bisa dilakukan dengan kompas orienteering jenis silva. Tetapi untuk memperoleh hasil yang lebih akurat sebaiknya menggunakan busur. 

Azimuth antara titik A dan titik B pada potongan peta disamping diukur menggunakan busur derajat. Pada gambar tampak bahwa azimuth antara titik A dan titik B adalah 70°




3. Penggaris
Fungsi penggaris dalam Navigasi darat adalah untuk mengukur jarak pada peta. Penggaris juga bisa dijadikan alat bantu untuk membaca koordinat peta. Kita bisa menggunakan penggaris biasa yang banyak beredar di pasaran. 
Navigasi Darat : Penggaris
4. Protaktor
Fungsi utama dari protaktor adalah sebagai alat bantu membaca koordinat peta. Protaktor biasanya juga dilengkapi dengan fungsi busur atau penggaris. Protaktor yang beredar di pasaran mempunyai beragam jenis yang berbeda. Penulis menyarankan untuk lebih memahami konsep dari penggunaan protaktor agar tidak kesulitan menggunakan protaktor dengan jenis apapun.

5. Peta
Peta adalah gambaran permukaan bumi dalam bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu. Peta memberikan informasi Geospasial pada suatu wilayah tertentu. Informasi Geospasial adalah informasi yang mempunyai unsur posisi yang mana terikat dengan sistem koordinat bumi. Posisi itu sendiri dijelaskan dengan nilai koordinat dan nilai tinggi. Peta juga menjadi modal utama dalam merencanakan sebuah pergerakan. Peta apa yang digunakan untuk navigasi darat ?

6. Alat Tulis
Alat tulis bisa digunakan untuk menggambar peta sederhana. Selain itu alat tulis juga berfungsi sebagai alat hitung sederhana menggunakan media kertas. Dalam Navigasi darat kita juga akan melakukan perhitungan sederhana. Perhitungan sederhana digunakan untuk membaca koordinat pada peta, mengukur jarak, back azimuth dan lain sebagainya.

Demikian adalah beberapa perlengkapan yang dibutuhkan dalam melakukan Navigasi Darat

Penulis : Andriyana L

Salam Lestari

Pengertian, konsep dan jenis Navigasi Darat

Navigasi darat adalah kegiatan navigasi yang dilakukan di daratan. Navigasi adalah upaya untuk memetakan medan dan menentukan arah perjalanan. Definisi memetakan medan adalah memahami posisi dimana kita berada dan objek objek lain disekitar kita. Konsep ilmu navigasi darat adalah “Menggambarkan dan Membayangkan”. Yang dimaksud dengan “menggambarkan” adalah menggambarkan posisi kita beserta dengan objek objek yang ada di sekitar kita dalam sebuah peta sederhana. Yang dimaksud dengan “membayangkan” adalah memahami peta secara mendalam sehingga bisa membayangkan kondisi alam yang sebenarnya. Dalam “menggambarkan” kita membutuhkan piranti navigasi darat seperti Alat tulis, penggaris, busur dan kompas. Dalam “membayangkan” kita harus memiliki pengetahuan tentang cara membaca peta yang baik dan benar. 

Navigasi darat merupakan kesatuan ilmu yang berasal dari berbagai ketrampilan, diantaranya kemampuan membaca peta, kemampuan menggunakan kompas, kemampuan mengukur azimuth, kemampuan mengukur jarak, kemampuan membaca koordinat, kemampuan menggambar peta, resection, intersection, orientasi medan dan lain sebagainya. Untuk menguasai ilmu navigasi darat harus memiliki semua ketrampilan tersebut. Setiap keadaan yang dihadapi memiliki solusi tersendiri untuk mengatasinya, bisa menggunakan satu jenis ketrampilan, menggabungkan beberapa ketrampilan atau bahkan menggunakan semuanya.

Navigasi darat tidak dilakukan hanya dengan mengandalkan feeling. Setiap jejak yang kita tempuh harus diperhitungkan dengan matang dan seksama. Untuk itu kita harus menguasai ilmu navigasi darat mulai dari hulu hingga hilir, dari teknis konvensional hingga teknologi canggih, mulai dari menggunakan perlengkapan hingga tanpa perlengkapan. Kemampuan Navigasi darat mutlak dibutuhkan oleh para penjelajah alam bebas. Dengan menggunakan ilmu navigasi darat kita bisa merencanakan perjalanan dengan baik. Navigasi darat juga dibutuhkan agar kita tidak tersesat ketika melakukan perjalanan. Navigasi darat juga menjadi ilmu yang akan menyelamatkan nyawa kita saat tersesat. Pada dasarnya Navigasi darat dapat dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan konsep dan peralatan yang digunakan, yaitu :

1.    Navigasi Darat Konvensional
Yaitu Kegiatan Navigasi Darat yang dilakukan dengan menggunakan alat alat sederhana seperti kompas, busur, penggaris, protractor dan peta. Navigasi darat secara konvensional memerlukan pemahaman tentang ketrampilan menggunakan alat alat tersebut. Bukan hanya tentang penggunaan alat, kita juga harus memahami kapan dan dalam kondisi seperti apa alat alat tersebut digunakan. Misalnya dalam memperkirakan jarak di atas peta kita menggunakan penggaris, untuk mengukur azimuth di atas peta kita menggunakan busur, untuk melakukan resection dan intersection kita membutuhkan alat tulis, kompas dan busur, untuk membaca koordinat peta kita membutuhkan protractor dan lain sebagainya. Navigasi darat konvensional adalah dasar dari ilmu navigasi darat yang wajib dikuasai. Meskipun disebut ilmu “konvensional” kenyataanya ada beberapa hal yang tidak bisa tergantikan oleh teknologi canggih sekalipun.

2.    Navigasi Darat Teknologi

Yaitu Kegiatan Navigasi Darat yang dilakukan dengan menggunakan bantuan teknologi canggih saat ini. Teknologi canggih yang biasa digunakan dalam navigasi darat adalah Global Navigation Satelite System (GNSS). Teknologi tersebut sering disebut dengan Global Positioning System (GPS). GPS adalah sebuah teknologi yang diciptakan oleh Amerika Serikat. Teknologi tersebut tidak hanya dimiliki oleh Amerika Serikat, Rusia juga memiliki teknologi penentuan Posisi yang disebut Glonnas, Negara negara Eropa juga memiliki teknologi serupa yang disebut Galileo. GPS, Glonnnas dan Galileo merupakan perwujudan dari teknologi GNSS. Meskipun begitu teknologi yang paling umum dipakai di Indonesia adalah GPS. Navigasi darat canggih biasanya dilakukan dalam kegiatan kegiatan penting seperti Pemetaan, SAR dan Militer. Namun dengan perkembangan teknologi GPS yang semakin menjamur bukan tidak mungkin kelak setiap penjelajah alam bebas akan menggunakan GPS dalam perjalananya.

3.    Navigasi Darat Alamiah
Yaitu Kegiatan Navigasi Darat yang dilakukan tanpa teknologi canggih dan alat alat konvensional. Tanpa teknologi dan peralatan bukan berarti navigasi darat tidak bisa dilakukan. Navigasi darat yang dilakukan secara alamiah membutuhkan pemahaman konsep navigasi darat yang lebih mendalam. Pada dasarnya kita tidak boleh terlalu bergantung kepada teknologi dan perlengkapan. Alam bisa berubah menjadi sangat liar, bukan tidak mungkin kita akan dihadapkan pada kenyataan dimana kita diharuskan melakukan navigasi darat tanpa perbekalan apapun. Informasi yang berasal dari alam bisa kita gunakan untuk keperluan navigasi darat alamiah. Misalnya orientasi arah menggunakan posisi matahari, mengukur azimuth menggunakan bayangan matahari, mengukur jarak menggunakan perkiraan jejak langkah dan lain sebagainya.

Salam Lestari

Penulis : Andriyana L


6 Kemampuan Teknis dalam Navigasi Darat

Pada dasarnya Navigasi Darat merupakan kumpulan dari beberapa kemampuan teknis yang berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut terdapat pada konsep, alat alat yang digunakan dan penggunaan alat alat tersebut. Jika kita membongkar Navigasi Darat secara lebih dalam maka dapat kita jabarkan beberapa kemampuan teknis yang harus dimiliki dalam penerapan Navigasi Darat. Penjabaran tersebut diharapkan dapat mempermudah para penggiat navigasi darat untuk menyusun panduan dalam pembelajaran navigasi darat. Kemampuan teknis yang dibutuhkan dalam kegiatan navigasi darat dapat dijabarkan secara berikut :

1. Kemampuan dalam memahami konsep dasar peta 
Peta adalah salah satu amunisi wajib dalam melakukan navigasi darat. Peta dapat memberikan banyak informasi yang bermanfaat bagi penggunanya. Konsep dasar peta harus dipahami oleh para penggiat alam bebas mengingat banyaknya kekeliruan dalam pemahaman konsep dasar peta pada pembelajaran Navigasi Darat. Kenyataan yang ada saat ini banyak penggiat alam bebas yang bahkan belum bisa membedakan antara peta dan denah. Setiap penggiat alam bebas harus paham tentang unsur unsur peta agar bisa membedakan antara peta dengan denah. 

Selain itu masih banyak penggiat alam bebas yang bingung tentang peta yang digunakan dalam melakukan navigasi darat. Diluar sana ada banyak sekali jenis jenis peta yang satu sama lain mempunyai karakteristik tersendiri. Penggiat alam bebas yang belajar peta dengan cara "menghafal" bisa dipastikan akan kebingungan jika menggunakan peta yang belum pernah dipelajarinya. Konsep pembelajaran harus diganti dari sekedar "menghafal" menjadi pembelajaran tentang konsep. Jika penggiat alam bebas bisa memahami konsep dasar peta maka tidak perlu bingung menggunakan peta jenis apapun

Misalnya ketika penggiat alam bebas biasa "menghafal" tentang spesifikasi peta RBI skala 1 : 25.000. Mereka menghafalkan bahwa jarak antar grid pada peta adalah 3,7 cm, jarak antara grid koordinat adalah 30 detik, jarak antar garis kontur 12,5 m dan lain sebagainya. Spesifikasi tersebut sebenarnya hanya berlaku untuk peta RBI Skala 1 : 25.000. Peta RBI skala 1 : 50.000 tentunya mempunyai spesifikasi yang berbeda sehingga jika kita "menghafal" spesifikasi tersebut maka kita akan kebingungan jika menggunakan peta dengan jenis yang lain. Setiap peta memiliki spesifikasi yang berbeda sehingga kita harus mempunyai pengetahuan untuk mengkaji sebuah peta sebelum digunakan. Sebelum menggunakan sebuah peta perlu adanya upaya pengkajian untuk memahami spesifikasi peta yang digunakan. Perlu dilakukan pengkajian tentang unsur unsur peta seperti judul, skala, arah utara, legenda, keterangan dan lain sebagainya. Sepesifikasi teknis peta juga perlu dipelajari terlebih dahulu seperti misalnya jarak antar garis grid koordinat geografis, jarak antar garis grid koordinat UTM dan lain sebagainya.

2. Kemampuan dalam membaca Peta
Setelah memahami konsep dasar peta selanjutnya adalah pembelajaran untuk membaca peta. Peta tersusun dari beberapa informasi geospasial yang saling tumpang tindih. Seperti misalnya peta RBI yang tersusun oleh 8 layer informasi yaitu perairan, hidrografi, hipsografi (Topografi), transportasi, batas wilayah, penggunaan lahan, bangunan dan fasilitas umum yang masing masing memiliki karakteristik tersendiri. Kemampuan membaca peta hanya bisa dimiliki setelah kita memahami karakter masing masing layer tersebut. Misalnya layer hipsografi/topografi yang selalu diidentikkan dengan garis kontur. Garis kontur memiliki karakteristik tersendiri seperti misalnya tidak terputus, tidak saling potong, tidak bercabang dan lain sebagainya. Transportasi pun terbagi menjadi beberapa jenis seperti jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal hingga jalan setapak. Jika kita tidak memahami satu persatu karakteristik tersebut maka kita akan kesulitan dalam membaca peta. Orang orang yang sudah mahir menggunakan peta bahkan bisa membaca peta tanpa perlu melihat legenda yang terdapat pada peta. 

3. Kemampuan dalam membaca koordinat peta
Salah satu kemampuan yang sulit untuk dipelajari adalah keterampilan dalam membaca koordinat peta. Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk membaca koordinat peta. Masing masing cara memiliki tata caranya tersendiri. Kita dapat membaca koordinat peta dengan menggunakan protaktor atau penggaris. Membaca peta menggunakan protaktor dan penggaris memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing. Tahap tahap yang harus dilakukan pun berbeda walaupun sebenarnya konsepnya sama. Membaca koordinat peta dengan refrensi geografis pun tentu berbeda dengan peta yang mempunyai refrensi UTM.

4. Kemampuan dalam memperkirakan arah 
Kemampuan dalam memperkirakan arah terbagi menjadi 2 jenis, yaitu menentukan arah pada peta dan menentukan arah di lapangan. Untuk menentukan arah kita harus memahami terlebih dahulu tentang konsep sudut azimuth dan back azimuth. Untuk menentukan azimuth pada peta kita dapat menggunakan busur sedangkan untuk menentukan azimuth di lapangan kita dapat menggunakan kompas. Jenis kompas pun bermacam macam, ada jenis kompas yang tidak memungkinkan jika digunakan untuk menentukan azimuth. Pemahaman jenis jenis kompas sangat dibutuhkan untuk mendukung kemampuan dalam menentukan arah.

Selain mampu menentukan sudut azimuth menggunakan kompas di lapangan. Kita juga harus mampu bergerak ke arah sudut tertentu dengan tepat. Pergerakan tersebut terdiri dari beberapa jenis, bisa langsung bergerak mengikuti arah pada kompas, bisa juga bergerak secara Man to man. Konsep pergerakan secara Man to man harus dibahas pada bab tersendiri karena membuthkan pembelajaran yang lebih mendalam.
 
5. Kemampuan dalam memperkirakan jarak
Selain mampu memperkirakan arah kita juga harus mampu memperkirakan jarak. Jarak yang harus ditempuh dalam sebuah perjalanan digunakan untuk menghitung waktu tempuh dan perbekalan yang harus dibawa. Jarak yang didapatkan bisa berupa jarak horisontal dan jarak diagonal. Masing masing jarak memiliki konsep dan perhitungan tersendiri. Dalam memperhitungkan jarak diagonal juga harus melibatkan elevasi ketinggian. Sedangkan ketinggian didapatkan dari kemampuan membaca garis kontur. Memperkirakan jarak dapat dilakukan di atas peta atau langsung di lapangan. Masing masing memiliki tata cara dan konsep yang berbeda.

6. Kemampuan dalam memperkirakan posisi
Pada dasarnya posisi merupakan hasil perhitungan dari jarak dan arah. Dari kemampuan memperkirakan jarak dan arah maka kita dapat memperkirakan posisi. Memperkirakan posisi terbagi menjadi 2 jenis, yaitu memperkirakan posisi dimana kita berada dan memperkirakan posisi objek lain pada peta. Keduanya memiliki konsep dan tahapan yang berbeda. Memperkirakan posisi pada peta erat kaitanya dengan kemampuan membaca  koorinatpeta karena posisi dilambangkan dengan nilai koordinat. Untuk memperkirakan posisi di lapangan kita harus menguasai ilmu Resection dan Intersection.

Itulah 6 kemampuan teknis yang harus dimiliki dalam navigasi darat. Ketika ke-6 kemampuan teknis tersebut telah dimiliki maka Navigasi Darat akan bisa dikuasai sepenuhnya. Perpaduan dari ke-6 kemampuan teknis tersebut dapat menghasilkan solusi dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan navigasi darat.

Ditulis oleh : Andriyana L

Salam Lestari

"Navigasi Darat" Antara Praktek dan Teori

Navigasi darat adalah perpaduan antara praktek dan teori. Banyak orang yang tidak paham tentang teori mengatakan "Praktek Lebih Penting". Banyak juga orang yang mengatakan "Teori Lebih Penting". Sepertinya kedua kubu sama sama menghindar dari sesuatu yang tidak benar benar mereka pahami. Pada dasarnya ego mereka akan membuat mereka bertambah bodoh karena "Ketidakmauan untuk belajar adalah sebuah kebodohan yang fatal"

Pada dasarnya Teori dan Praktek harus dilakukan secara berimbang. Semua memiliki porsinya masing masing. Bagaimanapun "Teori" harus dilakukan terlebih dahulu sebelum praktek, hal itu akan membuat seseorang bisa menguasai sesuatu dengan lebih cepat. Misalnya saat kita belajar mengendarai mobil, tentu kita harus tahu terlebih dahulu mana gas, rem, kopling dan lain sebagainya baru mulai belajar mengendarai mobil. Kita harus memahami beberapa teori sederhana seperti "kopling harus diinjak ketika ganti gigi", "ketika berhenti di tanjakan gunakan rem tangan" dan lain sebagainya. Dari sini dapat kita ambil kesimpulan bahwa "Teori harus dipahami terlebih dahulu sebelum Praktek"

Lalu mana yang lebih penting ?
Teori atau Praktek ?

1. Praktek Tanpa Teori
Anda bisa membayangkan jika tersesat di tengah hutan dengan peralatan lengkap seperti Peta, Kompas, Protaktor dan lain sebagainya. Anda bahkan tidak tahu bagaimana cara membaca peta. Apalagi mencari posisi anda di peta, membedakan antara garis kontur dan garis sungai mungkin juga tidak bisa. Apalagi menemukan posisi gunung atau bukit di peta. Jangan jangan konsep “azimuth”  juga tidak tahu, apalagi cara memperolehnya, atau bahkan baru pertama kali memegang kompas. Lalu dimana posisi kita saat ini, akan bergerak ke koordinat berapa, ke arah azimuth mana ?

"Praktek tanpa teori itu seperti naik mobil tapi tidak tahu cara mengemudikanya, tinggal menunggu waktu untuk nabrak"

2. Teori Tanpa Praktek
Anda bisa membayangkan jika seluruh teori telah anda kuasai, mulai dari azimuth, back azimuth, membaca koordinat, membaca peta, menggunakan kompas dan lain sebagainya. Anda akan mengerti bahwa jarak 10 Km di atas peta terlihat begitu dekat, tapi jarak itu bisa saja membuat anda pingsan sebelum anda mencapai setengahnya. Apalagi menempuhnya tanpa jalur, berkelok kelok dan menanjak, melewati rimba dan jurang. Anda mungkin tahu apa itu azimuth dan bagaimana cara memperolehnya, tapi bergerak ke arah azimuth 60 derajat sepanjang 10 Km bisa bisa membuat anda terkapar di jalanan. Belum lagi jika kondisi alam membuat bacaan azimuth anda menjadi tidak teliti sehingga menyebabkan melenceng arah. Dampaknya anda akan semakin jauh dari target sasaran. 

"Teori tanpa praktek itu seperti mahir bermain “game PES” tapi tidak bisa main Bola"

Pada dasarnya keduanya PENTING, praktek dan teori mempunyai porsinya masing masing. Hanya orang mabuk yang bilang “Praktek lebih penting dari Teori” atau “Teori lebih penting dari Praktek”. Tidak perlu lagi kita menghindar dengan mengatakan “Praktek lebih penting dari Teori” atau “Teori lebih penting dari Praktek”. Mari kita sama sama belajar dan belajar sama sama 

Andriyana L

Membaca Koordinat Peta dengan Penggaris

Membaca koordinat peta merupakan kemampuan yang wajib dimiliki dalam menggunakan ilmu navigasi darat. Memang banyak cara untuk membaca koordinat peta. Bisa menggunakan protaktor bisa juga menggunakan penggaris. Membaca koordinat peta menggunakan penggaris mungkin masih belum dikenal di kalangan pendaki gunung. Atau jangan jangan baru saya yang memikirkan ide "membaca koordinat peta dengan penggaris". Segala sesuatu terus berkembang, mari kita terus berinovasi untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi pendaki gunung pada khusunya dan alam pada umunya.

Fungsi dari protaktor dan penggaris bukan sebagai alat untuk membaca koordinat peta. Karena saya bahkan bisa membaca koordinat peta tanpa alat apapun. Fungsi dari Protaktor dan Penggaris adalah sebagai "Alat Bantu" untuk membaca koordinat peta. Yang membaca koordinat tetaplah mata kita, alat alat tersebut hanya bersifat membantu. Dengan alat bantu tersebut kita bisa mendapatkan Koordinat peta yang lebih teliti.

Sebelum melanjutkan tulisan ini sebaiknya anda membaca tulisan saya sebelumnya agar anda mengerti sampai dimana kita sedang belajar. Sebelumnya anda perlu memahami bagaimana cara "Membaca Koordinat Peta" dan "Membaca Koordinat peta dengan Protaktor". Setelah membaca tulisan tersebut maka anda akan mengerti kenapa kita  "Membaca Koordinat peta dengan Penggaris"

Perhatikan gambar berikut !

Gambar diatas adalah potongan peta RBI skala 1 : 10.000 dengan interval garis lintang/bujur 10 detik. Mengapa harus peta RBI ?, mungkin anda harus baca terlebih dahulu tulisan ini. Setidaknya anda harus mengerti mana yang disebut dengan garis lintang dan bujur, mana koordinat geografis dan koordinat UTM, satuan yang digunakan untuk menulis koordinat dan bagaimana membaca koordinat tersebut dengan protaktor. Ibarat sekolah, kita harus memahami dulu ilmu matematika baru mulai belajar ilmu kalkulus. Jika anda bingung membaca tulisan ini maka anda perlu membaca tulisan tulisan saya sebelumnya

Berikut adalah tahapan dalam membaca koordinat peta menggunakan penggaris,

1. Analisi Peta 
Kita harus melakukan analisis Peta terlebih dahulu. Dari hasil pengamatan didapat data sebagai berikut :
  • Peta tersebut adalah peta Rupa Bumi Indonesia
  • Skala Peta adalah 1 : 10.000
  • Interval garis lintang/bujur adalah 10"
  • Interval garis lintang/bujur adalah 3,09 Cm
10" = 3,09 Cm pada Peta (Saya sebut nilai "L")
2. Melakukan Pengukuran 
Pengukuran Garis Bujur
Didapat nilai X" = 0,85 Cm
Pengukuran Garis Lintang

 Didapat nilai Y" = 2,25 Cm
3. Melakukan Perhitungan

Tentukan nilai X' dan Y', yaitu garis lintang dan bujur yang menjadi acuan pengukuran, yang berimpit dengan nominal "0" pada penggaris 

X' = 110° 2950,0”  BT (Lihat gambar "pengukuran garis bujur")
Y' = 1° 1230,0”  LS (Lihat gambar "pengukuran garis lintang")
X = X' + ((X"/L) x Interval )
X = 110° 2950,0”  BT + ((0,85/3,09) x 10")
X 110° 2950,0”  BT + (8,5"/3,09)
X 110° 2950,0”  BT + 2,75 "   
X 110° 2952,75”  BT
Y = Y' + ((Y"/L) x Interval )
Y = 1° 1230,0”  LS + ((2,25/3,09) x 10")
Y = 1° 1230,0”  LS + (22,5"/3,09)
Y = 1° 1230,0”  LS + 7,28 "   
Y = 1° 1237,28”  LS

Hasil akirnya adalah  110° 2952,75”  BT ; 1° 1237,28”  LS

Saya rasa hitung hitungan diatas masih bisa dilakukan tanpa kalkulator, hanya bermodal pensil dan kertas kosong kemudian menggunakan penjumlahan, perkalian dan pembagian biasa

Rumus rumus diatas adalah buatan saya sendiri, jika masih bingung silahkan datang saja waktu Kopdar KPG Regional Jabodetabek sambil membawa peta dan penggaris.

Keuntungan menggunakan penggaris daripada protaktor adalah,
  • Berbeda skala maka berbeda pula jenis protaktor yang akan kita gunakan. Protaktor yg beredar hanya memiliki kemampuan pada skala standar semisal 1 : 25.000, 1 : 50.000 dan 1 : 10.000. Untuk skala yang sedikit unik, semisal 1 : 9.000 atau 1 : 23.000 kita akan kesulitan menggunakan Protaktor. Tapi dengan menggunakan penggaris kita tidak terikat dengan skala peta
  • Berbeda skala juga berbeda pula ukuran nominal pada Protaktor, tapi ukuran Penggaris tidak pernah berubah dengan Skala berapapun
  • Penggaris lebih mudah ditemukan daripada Protaktor
Kerugian menggunakan penggaris daripada protaktor adalah,
  • Penggunaanya lebih sulit, perlu pemahaman konsep yang matang
  • Harus pandai berhitung 

Salam Navigasi Darat !

Ditulis oleh : Andriyana L, ST  (Admin Komunitas Pendaki Gunung, Perintis Sherpa Geodesi UNDIP, anggota Swapala Kalijaga, Surveyor Pemetaan Badan Informasi Geospasial)

Sekian dan Terimakasih 
Salam Lestari 
 

Bagaimana cara Menggunakan Protaktor ?

Dalam bahasa inggris Protaktor disebut juga Protractor. Entah mau menyebutnya dengan Protaktor atau Protractor sebenarnya fungsinya juga sama saja. Sebelum saya terangkan fungsi dari Protaktor sebaiknya anda baca dulu tentang dasar dasar membaca Koordinat yang sudah saya tulisakan pada postingan ini. Dasar dasar tersebut harus anda pahami lebih dahulu sebelum mulai menggunakan Protaktor. 

1. Apa fungsi utama dari Protaktor
Fungsi utama dari Protaktor adalah untuk "Membantu membaca Koordinat Peta". Jika anda menjelaskan bahwa fungsi Protaktor adalah untuk membaca koordinat peta, bahkan saya tidak butuh protaktor untuk membaca koordinat peta.

2. Kenapa harus menggunakan Protaktor 
Kita bisa membaca koordinat peta secara langsung tanpa protaktor. Tapi terbatas pada titik yang kebetulan berada di perlintasan garis lintang dan bujur peta. Seperti titik Biru, merah dan hitam pada gambar dibawah ini. Untuk membaca titik yang tidak terletak pada perlintasan garis lintang dan bujur yang disajikan pada peta maka kita butuh protaktor.

Jika anda mengikuti tulisan saya sebelumnya tentu mudah untuk membaca Koordinat titik lingkaran  yang berwarna merah, biru dan hitam. Tapi untuk membaca titik persegi yang berwarna merah, biru dan hitam kita butuh alat bantu yang disebut "Protaktor"

3. Menggunakan Protaktor yang mana ?
Memang ada banyak jenis protaktor yang beredar diluar sana. Jika anda mempelajari "Protaktor" nya maka suatu saat anda akan bingung jika disuruh menggunakan protaktor jenis yang lain. Wanadri bahkan membuat Protaktor sendiri untuk lingkungan terbatas. Ketika saya sudah paham dengan konsep Protaktor WANADRI suatu ketika saya disuruh mengisi materi di Sebuah SISPALA yang mana menggunakan protaktor yang baru detik itu saya temui, dengan konsep yang jauh berbeda tentunya. Tapi karena yang saya pahami adalah konsepnya maka saya tidak perlu bingung untuk menggunakan barang baru tersebut. Dalam tulisan kali ini saya menekankan bahwa anda harus mempelajari "Konsep Protaktor" bukan protaktornya 

4. Cara menggunakan Protaktor ?
Sebelum menggunakan protaktor anda harus memperhatikan "Skala Protaktor". Berbeda skala Peta maka tentu berbeda pula jenis protaktor yang digunakan. Biasanya pada 1 Protaktor sudah mencakup beberapa jenis Skala peta sekaligus, 


Perhatikan contoh protaktor diatas, ada bidang yang dikhususkan untuk peta skala 1 : 25.000 dan ada bidang yang dikhususkan untuk peta skala 1 : 50.000. Saya tidak tahu protaktor itu merknya apa dan beli dimana, tapi saya akan menggunakan protaktor yang saya buat sendiri. Perhatikan potongan peta berikut ini !

Pada peta diatas saya menggunakan protaktor merk "Argopura.blogspot.com" dengan skala 1:10.000. Titik yang akan diukur koordinatnya adalah titik A. Langkah langkahnya adalah sebagai berikut :
  1. Letakkan titik pusat Protaktor pada titik yang akan dicari koordinatnya, yaitu titik A
  2. Cari koordinat titik Biru (Koordinat Acuan) yaitu : 1° 1240,0” LS ; 110° 29 40,0” BT
  3. Perhatikan garis lintang dan bujur yang dilewati oleh garis biru pada Protaktor. Cari nilai persimpanganya. Pada garis Vertikal/Y protaktor didapatkan angka "7,5" sedangkan Pada garis Horisontal/X  protaktor didapatkan angka "3,5"
  4. Mencari interval garis Lintang  (1240,0” - 1250,0” =  10,0” )
  5. Mencari interval garis Bujur  (1240,0” - 1250,0” =  10,0” )
  6. Perhitungan 
Saya sengaja membuat rumus sederhana untuk mempermudah proses perhitungan
Rumusnya adalah :

Nilai Koordinat = Koordinat Acuan + ((Nilai Protaktor ukuran/nilai Protaktor Total) X Interval Garis Lintang/Bujur)

Lintang :  1° 1240,0” + (7,5/10 X 10") 
              :  1° 1240,0” + 7,5"
              :  1° 1247,5” LS

Bujur    :  110° 29 40,0 + (3,5/10 X 10") 
              :  110° 29 40,0 + 3,5"
              :  110° 29 43,5 BT

 Hasilnya cukup teliti untuk ukuran perhitungan manual.

Perhatikan baik baik rumus yang saya buat, pahami Konsepnya !
Karena diluar sana bisa saja Interval Garis lintang/Bujur berbeda (Ada yang 10", 5" atau bahkan 1"). Bisa saja nilai ukuran pada protaktornya berbeda (Ada yg 10 angka (seperti Protaktor diatas), 9 angka atau 3 angka). Bisa juga skala petanya berbeda (Ada yang 1 : 10.000, 1 : 25.000 atau 1 : 50.000)
Oleh karena itu saya lebih suka menggunakan penggaris untuk membantu menentukan koordinat  daripada protaktor, memangnya bisa ?

Tentu bisa. Bahkan memiliki beberapa keutungan daripada Protaktor. Akan saya jelaskan pada tulisan yang lain, tetap di "Catatan Pendaki Gunung"

Jika masih bingung datang saja pada Kopdar KPG Regional Jabodetabek. Bawa Protaktor atau peta apapun yang anda miliki,

Semoga bermanfaat

Ditulis oleh : Andriyana L, ST  (Admin Komunitas Pendaki Gunung, Pendiri Sherpa Geodesi UNDIP, Surveyor Pemetaan Badan Informasi Geospasial)

Salam Lestari

Navigasi Darat, menggunakan peta apa ?

Peta RBI Skala 1 : 10.000
Di Indonesia ada banyak instansi pemerintah yang bisa membuat peta. Bahkan seiring dengan perkembangan teknologi setiap orang pun bisa membuat peta. Di luar sana banyak beredar peta dengan standar dan refrensi yang berbeda satu sama lain. Perbedaan yang paling sering terdapat pada peta yang beredar di pasaran adalah warna unsur. Pada peta tertentu jalan digambarkan dengan garis berwarna merah sedangkan pada peta yang lain jalan digambarkan dengan garis berwarna hitam. Hal tersebut juga biasa terjadi pada unsur lain seperti sungai, kontur, hutan, danau dan lain sebagainya.  

Beberapa peta juga menampilkan gambaran yang berbeda pada lokasi yang sama. Pada peta tertentu menyatakan bahwa lokasi tersebut adalah hutan sedangkan pada peta yang lain menyatakan bahwa lokasi tersebut adalah sawah. Begitupula dengan tingkat kedetilan gambar yang disajikan, pada peta tertentu mampu menampilkan unsur jalan hingga kelas terkecil seperti jalan lokal dan jalan setapak sedangkan pada peta tertentu hanya menampilkan jalan jalan kelas besar seperti jalan tol dan jalan arteri. Pada intinya masyarakat Indonesia harus memiliki satu buah peta yang dibuat dengan standar dan refrensi yang sama sehingga tidak menimbulkan kebingungan tentang peta mana yang harus dijadikan dasar untuk pembelajaran. lalu ...........

"Peta mana yang akan kita gunakan dalam kehidupan sehari hari, termasuk untuk keperluan Navigasi darat ?"

"Peta yang dibuat oleh Instansi mana yang harus kita gunakan ?"

Pertanyaan tersebut harus terjawab sebelum kita mulai belajar tentang Navigasi darat. Pengetahuan dasar tentang refrensi peta biasanya menjadi hal dasar yang membuat para Navigator salah kaprah dalam memulai proses belajar Navigasi darat. 

Saya akan menjawab pertanyaan pertama, bahwa Peta yang sebaiknya kita gunakan dalam Navigasi darat adalah peta RBI (Rupa Bumi Indonesia). Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang menampilkan sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di wilayah NKRI. Unsur-unsur kenampakan rupabumi dapat dikelompokkan menjadi 8 tema, yaitu:

a. Garis Pantai
Garis pantai adalah unsur yang digunakan untuk menghitung luas wilayah Indonesia

b. Hipsografi
Yaitu unsur yang digunakan untuk menggambarkan kenampakan permukaan bumi seperti garis kontur dan Titik Tinggi

c. Perairan
Yaitu unsur yang berhubungan dengan wilayah perairan seperti sungai, waduk dan danau

d. Nama Rupa Bumi
Yaitu nama nama objek yang ditampilkan pada peta seperti nama desa, nama kecamatan, nama kabupaten, nama provinsi, nama sungai, nama danau, nama gunung dan lain sebagainya.

e. Batas Wilayah
Yaitu garis yang menjadi batas antar wilayah seperti batas desa/kelurahan, batas kecamatan, batas kabupaten/kota, batas provinsi dan batas negara

f. Transportasi
Yaitu unsur yang berhubungan dengan transportasi seperti jalan dan rel kereta api

g. Bangunan dan Fasilitas Umum
Yaitu unsur yang berisikan objek objek seperti kantor bupati, kantor gubernur, bandara, masjid, sekolah, stasiun dan berbagai fasilitas umum lainya

h. Penutup Lahan
Yaitu unsur yang menampilkan informasi seputar penggunaan lahan pada daerah yang dipetakan. Lahan tersebut bisa digunakan untuk pemukiman, sawah, ladang atau perkebunan
Unsur "Topografi" yang sangat diperlukan dalam Navigasi darat di Alam bebas juga sudah terdapat pada peta RBI. Dukungan Unsur yang lain akan membuat Navigasi Darat lebih mudah untuk dilakukan oleh siapapun. 

Saya akan menjawab pertanyaan kedua, bahwa Instansi yang mengeluarkan Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) adalah "Badan Informasi Geosapasial" atau yang dulu disebut dengan "Bakosurtanal", sebagaimana dijelaskan oleh Undang Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang "Informasi Geospasial". Badan Informasi Geosapasial adalah lembaga setingkat Kementrian yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kepala BIG setingkat dengan Menteri 

Peta RBI adalah "Dasar" dari peta peta lain yang ada di Indonesia. Selain peta RBI ada juga peta "Tematik". Peta tematik adalah peta dengan tema tertentu, bisa mengandung lebih banyak Tema dari Peta RBI juga bisa mengandandung lebih sedikit tema daripada Peta RBI. Untuk kehidupan sehari hari sebaiknya kita mempelajari peta RBI. Bahkan Organisasi besar seperti WANADRI pun menjadi Konsumen peta RBI. 

Tentu ada beberapa perbedaan antara peta satu dengan yang lain, terutama dalam unsur unsur utama peta seperti Legenda, sistem koordinat, skala hingga Kartografi. Untuk pemula sebaiknya pelajari dulu satu jenis peta, yaitu peta RBI. Setelah mahir maka bisa menggunakan peta peta jenis lain karena pada dasarnya konsepnya adalah sama. 

Peta RBI sendiri terdiri dari beberapa Skala, mulai dari skala 1 : 250.000 hingga skala 1 : 10.000. Peta RBI dengan skala Standar yang paling sering digunakan di Indonesia adalah skala 1 : 25.000. Semakin besar skalanya tentu semakin teliti, maka jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal lebih baik menggunakan RBI skala 1 : 10.000. 

"Bagaimana cara mendapatkan peta RBI ? "

Bisa didapatkan di Cabang cabang penjualan Badan Informasi Geospasial di seluruh penjuru Nusantara 

Untuk pelayanan informasi dan produk Geospasial, pengguna dapat dapat menghubungi  Sentra Peta Badan Informasi Geospasial seperti tercantum di bawah ini :

Provinsi Sumatera Utara
Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan (Unimed)
Jl. Willem Iskandar Pasar V Kotak Pos No. 590 Medan

Provinsi Sumatera Barat
Bappeda Provinsi Sumatera Barat
Jl. Khatib Sulaiman No. 1 Padang
T : 0751-7054555; F : 0751-7055676
Provinsi Riau
Bappeda Provinsi Riau
Jl. Gajah Mada No.200 Pekanbaru
T : 0761-36031; F : 0761-36035
Provinsi Sumatera Selatan
Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA
Kampus Universitas Sriwijaya Inderalaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km.35 Inderalaya 30662
T : 0711-581118
Provinsi DKI Jakarta
Mega Glodok Kemayoran
Ground Floor, Blok D 06 No. 05, 06 dan D 05 No. 03
Jl. Angkasa Kav. B-6, Kota Baru, Bandar Kemayoran
Jakarta Pusat
T : 021-26647344
Provinsi Jawa Barat
BAKOSURTANAL Gedung C
Pusat Pelayanan Jasa dan Informasi
Jl Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong 16911
T : 021-8753155 F : 021-87916647
Departemen Ilmu Tanah & Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga
T : 0251-422325, 629358; F : 0251-629358
Departemen Geografi-FMIPA Universitas Indonesia
Kampus UI Depok
T : 021-7270030, 77210658; F : 021-77210659, 78886680, 7270012
Koperasi Wanadri
Jl Aceh No. 155, Bandung
T : 022-4206440
Provinsi Jawa Tengah
Bappeda Provinsi Jawa Tengah
Jl. Pemuda No. 127-133 Semarang
T : 024-3515591 psw. 312; F : 024-3546802
Universitas Negeri Semarang
Gedung C-5, Lantai 3, Laboratorium Geografi-Fakultas Ilmu Sosial
Kampus Sekaran Gunung Pati Semarang
T : 024-8508011, 91264140
Toko Buku Jendela
Jl. Pemuda Utara No. 94, Klaten
T : 0272-329294
Universitas Sebelas Maret
Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan IPS-FKIP
Jl. Ir. Sutami No. 36 A
Surakarta 57126
T : 0271-646994 psw 379; F : 0271-648939
Provinsi DI Yogyakarta
Pusat Pelayanan Informasi Kebumian (PPIK) UGM
Ruko UGM No. 2, Jl.Agro Bulaksumur Yogyakarta
T :0274-557732; F : 0274-589595
UPN “Veteran” Yogyakarta (UPT Perpustakaan)
SWK (Lingkar Utara) No.104 Condong Catur Yogyakarta
T : 0274-486733 ext.364, 486402; F : 0274-486400
Provinsi Jawa Timur
Perpustakaan Teknik Geodesi Institut Teknologi Nasional
Jl. Bendungan Sigura-gura No. 2 Malang
T : 0341-551431 pes. 233; F : 0341-553015, 417634
Program Studi Teknik Geomatika FTSP - ITS
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
T : 031-5929487
Provinsi Bali
Jurusan Tanah Fak. Pertanian Universitas Udayana
Kampus Udayana Jl. P.B Sudirman, Denpasar
T : 0361-265327
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Bappeda Provinsi NTB
Jl. Flamboyan No.2, Mataram
T : 0370-623437, F:0370-622779
Provinsi Kalimantan Barat
Bappeda Prov. Kalimantan Barat - Unit Data Perencanaan Pembangunan
Jl. Ahmad Yani (Komplek Gubernur) Pontianak
T : 0561-736013/738784; F : 0561-731217
Provinsi Kalimantan Selatan
Jurusan Tanah Fak. Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani - Banjarbaru Kalimantan Selatan
T : 0511-4777540, 4772254; F : 0511-4777540, 4772254
Provinsi Kalimantan Timur
Bappeda Prov. Kalimantan Timur
Jl. Kusuma Bangsa No. 2
Samarinda
T : 0541-741044
Provinsi Sulawesi Tenggara
Bappeda Prov. Sulawesi Tenggara
Jl. Mayjen S. Parman Kendari
T : 0401-3128740
Prodi. Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo
Jl. Malaka Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari
T : 0401-391692
Provinsi Sulawesi Selatan
Jurusan Ilmu Tanah-Fak. Pertanian dan Kehutanan UNHAS
Kampus UNHAS Tamalanrea Jl Perintis Kemerdekaan Km.11 Makassar
T : 0411-587076; F:0411-587076
Bappeda Sulawesi Selatan
Jl. Urip. Sumoharjo Km. 5 No. 269 Makassar
Telepon/Fax : 0411-453486 Ext 122
Provinsi Sulawesi Utara
Jurusan Ilmu Tanah-Fak. Pertanian Universitas Sam Ratulangi
Kampus Universitas Sam Ratulangi Bahu Manado 95115
T : 0431-862786; F:0431-846540
Provinsi Gorontalo
Fakultas Pertanian, Universitas Gorontalo
Jl. Jend. Sudirman No 247 Limboto, Gorontalo

Sekian dan Terimakasih 

Ditulis oleh : Andriyana L, ST  (Admin Komunitas Pendaki Gunung, Pendiri Sherpa Geodesi UNDIP, anggota SWAPALA KALIJAGA, Surveyor Pemetaan Badan Informasi Geospasial)