Mendaki Gunung Merubah Segalanya
“Wiu wiu wiu wiu wiu” Begitulah bunyi sirine mobil polisi yang sedang melaju kencang malam itu. Rombongan polisi tersebut datang membawa banyak personil untuk menggrebek pesta balapan liar di sebuah sudut kota Semarang. Para polisi tersebut datang membawa 2 kompi sekaligus untuk membubarkan pesta balap liar ini.
Seketika itu semua semua orang yang berada di TKP langsung pergi berhamburan. Para pembalap dan anak anak muda lain yang sedang menonton balapan segera lari dari kejaran polisi. Mereka yang kurang sigap dalam melarikan diri akan di tangkap oleh para penegak hukum tersebut. Selanjutnya mereka akan di bawa ke kantor polisi untuk diamankan.
Kejadian seperti ini sudah menjadi makanan sehari hari bagi John (Nama Samaran). Dia tidak pernah tertangkap polisi ketika sedang melihat balapan liar. Dia mampu kabur dengan cepat karena memiliki skill balap diatas rata rata. John tidak berada disitu untuk balapan. Dia datang untuk berpartisipasi dalam perjudian yang melibatkan para pembalap liar tersebut. Para penonton selalu berjudi untuk bertaruh tentang pembalap mana yang akan memenangkan balapan.
Entah berapa rupiah yang telah dia habiskan untuk berjudi. Tapi di setiap malam minggu yang terlewati dia tidak pernah absen dalam perjudian ini. Dia selalu menyisihkan uang saku sekolahnya untuk berjudi. Siswa kelas 1 SMA jurusan IPS ini juga sangat suka modifikasi motor. Dia memodifikasi mesin motornya sehingga bisa melaju lebih cepat daripada sebelumnya. Motornya bisa melaju lebih cepat dibandingkan motor motor lain yang mempunyai cc lebih besar.
Karena motornya bisa melaju dengan sangat cepat maka dia sangat sering kebut kebutan dijalanan. Baginya jalan merupakan kanvas yang sempurna untuk berkarya. Karena kemahiranya dalam mengendalikan motor maka dia sangat jarang terjatuh atau tertabrak ketika kebut kebutan. Dia bisa menghindari situasi situasi yang harusnya bisa membuatnya tertabrak atau terjatuh.
Di sekolah dia juga dikenal sebagai aktifis perjudian bola. Pada waktu SMA para siswa sering bertanding sepakbola antar kelas. Baginya tidak masalah siapa yang bertanding. Yang penting dia bisa terlibat dalam perjudian yang melibatkan kedua tim yang sedang bertanding. Kalah atau menang dalam sebuah perjudian tidak pernah menghentikan kebiasaan buruknya. Berjudi sudah menjadi candu yang hidup di dalam pemikiranya.
John benar benar telah terbak di lingkungan yang gelap. Lingkungan tersebut terus menyeretnya pada dunia hitam. Lama kelamaan masa depanya mulai redup. Dia tidak mempunyai pandangan sama sekali tentang masa depanya. Dia tidak pernah peduli lagi terhadap pelajaran yang ada di sekolah. Nilai nilainya pun tidak terlalu bagus untuk dibanggakan kepada orang tuanya. Entah dengan cara apa kelak dia bisa masuk ke universitas ternama.
Pada suatu ketika aku dan teman temanku akan mendaki gunung Ungaran pada akhir pekan. Waktu itu kami sedang kekurangan personil. Akhirnya kami mengajak John untuk ikut bergabung dalam pendakian ini. John penasaran kenapa ada orang orang suka mendaki gunung. Mendaki gunung adalah sebuah kegiatan yang berat dan melelahkan. John selalu bertanya tanya tentang apa yang ada di puncak gunung. Dia betanya tanya tentang sesuatu yang bisa membuat para pendaki selalu kembali ke puncak gunung.
Bukankah lebih enak jika kita menghabiskan akhir pekan untuk melihat balapan liar, pesta miras atau judi bola. Kita tidak perlu kelelahan, kelaparan, kehausan dan kedinginan. Yang ada hanya kesenangan, kesenangan dan kesenangan. Dengan rasa penasaranya yang semakin membumbung tinggi akhirnya dia memutuskan untuk ikut pergi ke puncak.
Setelah pendakian pertamanya tersebut John seperti jatuh cinta pada gunung. Dia bisa merasakan keindahan yang tersaji di puncak gunung. Dia bisa mengerti tentang alasan orang orang yang rela untuk kelaparan, kehausan, kelelahan dan kedinginan demi berdiri di puncak gunung. Dia benar benar tidak sabar untuk melakukan pendakian berikutnya.
Setelah itu dia mulai sering mendaki gunung bersama kami. Malam minggunya yang biasa dihabiskan untuk balapan motor, pesta miras dan kegiatan lain yang tidak bermanfaat mulai bisa dilupakan. Akhirnya kami mulai mendaki dari gunung ke gunung. Gunung gunung di jawa tengah seperti Merbabu, Merapi, Lawu, Sumbing dan Sindoro menjadi tujuan kami setiap akhir pekan. Gunung benar benar telah menjadi candu dalam hidupnya.
Gunung demi gunung yang tertempuh akhirnya membuat kami semakin dekat. Kami sangat sering berkumpul ketika masa masa sekolah apalagi pada waktu waktu kelulusan. Kadang kita menghabiskan waktu untuk nongkrong di sebuah sudut kota. Kadang kita berkumpul di rumahku atau di rumah John atau di rumah teman teman yang lain untuk mengisi waktu luang.
Dahulu kala John sering membicarakan tentang balapan motor, judi, pesta miras dan hal hal negatif bersama teman temanya. Kini dia telah berpindah dari lingkungan yang suram ke lingkungan yang lebih baik. Kini obrolan yang tersaji adalah tentang sebuah petualangan, cita cita, mimpi besar dan segala hal positif lainya. Lama kelamaan John mulai tertular oleh lingkunganya yang sekarang. Kini dia mulai bisa berfikir tentang masa depan
Ketika lulus SMA satu demi satu dari kami mulai masuk perguruan tinggi. Waktu itu hampir semua teman telah diterima di perguruan tinggi, baik negeri ataupun swasta. Sementara itu aku sudah diterima di Teknik Geodesi Universitas Diponegoro. Hanya John seorang yang belum terdaftar di perguruan tinggi manapun. Tapi dia tidak putus asa, dengan dibantu oleh teman teman lainya akhirnya dia maju mengikuti test demi test yang ada. Dengan susah payah akhirnya dia bisa menyusulku ke Universitas Diponegoro melewati ujian mandiri yang diadakan setelah SNMPTN. Kini dia kuliah di S1 Teknik Sipi Universitas Diponegoro, sebuah pencapaian yang cukup membanggakan bagi seorang anak jurusan IPS di sekolah kami.
Pada waktu kuliah dia mendaftarkan diri sebagai anggota MAPALA di kampusnya. Setelah melewati proses evaluasi yang berat akhirnya dia berhasil menjadi anggota MAPALA. Karena mempunyai pengelaman di atas rata rata dalam dunia pendakian gunung akhirnya dia diangkat menjadi ketua divisi pendakian gunung. Kini waktu demi waktunya dilewati dengan kegiatan kegiatan bermanfaat seperti berorganisasi, mendaki gunung dan olahraga. Dia benar benar telah meninggalkan dunianya yang lama. Kini dia sudah mulai lupa tentang balapan motor, judi, minuman keras dan segala sisi buruknya dulu.
Ketika kuliah dia juga sering bekerja sambilan sebagai pengawas kontruksi atau surveyor pemetaan. Dia bisa menghasilkan uang dengan jerih payahnya sendiri. Dia juga mempunyai pengalaman kerja lebih banyak daripada teman temanya. Meskipun terkadang kuliahnya keteteran karena pekerjaan yang terus menumpuk tapi aku masih percaya bahwa masa depan yang cerah masih menantinya.
Menurutku karakter dan cara berfikir seorang remaja bagaikan sebuah pohon yang tumbuh. Lingkungan dimana dia tumbuh akan menjadi kunci dalam pembentukan karakter dan cara berfikir seseorang. Bagi para remaja yang mempunyai karakter buruk maka pada saat saat seperti ini mereka masih bisa merubah karakternya. Mereka hanya harus menempatkan diri di lingkungan yang tepat.
Setelah melewati masa ini maka pemikiran dan karakter manusia akan sangat sulit dirubah. Padahal karakter dan cara berfikir seseorang adalah bekal yang penting untuk menjalani kehidupan. Masa masa seperti itu adalah masa yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Di saat seperti inilah seorang remaja harus memilih jalan hidupnya.
Ketika bertemu denganya terkadang aku hanya bisa tersenyum. Aku membayangkan kehidupan temanku ini beberapa tahun yang lalu. Andai saja waktu itu gunung tidak menyelamatkanya mungkin saat ini dia masih tersesat dalam dunianya yang kelam. Mungkin dia tidak akan pernah bisa menjadi seseorang yang seperti ini. Gunung telah menyeratnya ke lingkungan yang lebih baik dari sebelumnya. Gunung juga telah memberinya teman teman sejati yang selalu ada di sampingnya. Gunung benar benar telah merubah segalanya.
SALAM LESTARI