"Karena yang terpenting bukan apa yang kita dapat dari dunia, tapi apa yang bisa kita beri pada dunia"

Menembus Perijinan Gunung Agung

Kami beranjak menuju Pura Besakih untuk mendaki gunung agung. Sesampai di sana kami di hadang oleh petugas pengelola objek wisata.Kami memohon dengan sangat agar bisa mendaki gunung agung dengan biaya yang lebih murah.Lalu selang beberapa saat ketua organisasi pendakian gunung agung pun datang. Pak Kayun melarang kami naik tanpa menggunakan pemandu dengan alasan apapun.
Setiap pendakian gunung agung harus memakai pemandu yang mana harganya 450 ribu tanpa bisa di tawar Karena pernah ada kejadian matinya pendaki di gunung agung. Mayatnya di temukan sangat jauh dari jalur pendakian. 

Setiap ada orang mati di gunung agung maka harus di lakukan upacara penyucian gunung yang menghabiskan biaya ratusan juta rupiah. Pengelola gunung tidak mau lagi kecolongan oleh sebab itu pendaki di wajibkan memakai Pemandu. Tapi harga yang di tawarkan sangat mahal dan tidak sebanding dengan lama pendakianya yang sekitar 7 jam perjalanan. Harga pemandu di jawa pun tak semahal itu. Jika mereka bermaksud untuk mencegah korban akibat pendakian gunung agung harusnya harganya tak setinggi itu. Saya rasa mereka benar benar kurang berniat untuk memandu.

Dengan harga yang setinggi langit kamipun tak sanggup untuk meladeninya. Mulai terpikir ide ide gila di benak kami. Pendakian ilegal pun sempat terpikirkan untuk di lakukan. Saat kami terhambat di pintu masuk wisata, tepatnya sekitar 1 KM sebelum pura besakih. Penyelidikan pun di lakukan. Saya dan seorang rekan masuk ke kawasan pura besakih dengan membeli tiket wisata sebesar 6 rb per orang dan 5 rb untuk parkir motor. Data pun diperoleh. 

Untuk menuju ke puncak agung jalur berada di belakang pura besakih yang masih ber batako hingga sampai di pura pangubengan. Pura pangubengan adalah bagian dari pura besakih yang paling tinggi. Di situ ada mata air keramat yang jika hendak mengambilnya maka di wajibkan sembayang. Jarak antara pura besakih hingga pangubengan lumayan jauh mungkin 1 KM. Jika anda ingin mencapai puncak gunung agung tanpa registrasi, anda cukup berjalan lurus ke puncak melewati pura pangubengan dengan membawa tas kecil agar tidak terlihat mencolok. Jangan mengambil waktu waktu yang ramai. Anda dapat mulai mendaki pada subuh ketika keadaan pura masih sepi. Hindari hari hari besar umat hindu karena pura akan ramai oleh upacara adat. Sebaiknya anda tanyakan dulu pada warga sekitar pura besakih karena saya bukan umat hindu. Pemeriksaan pendakian gunung agung hanya di pos polisi sekitar 1 KM sebelum pura besakih. Setelah anda melewati pos itu,maka tidak akan lagi ada pemeriksaan sampai puncak.

Ada 2 jalur lain yang menuju ke pura pangubengan, yaitu lewat desa sebelah kanan (selatan) dan desa kiri (utara) Pura besakih.
Dari desa sebelah kiri bisa menggunakan motor hingga pura pengubengan, tetapi jalanya lumayan extream karena sudah mulai putus. Dari desa sebelah kanan bahkan masih bisa naik motor lewat jalan aspal hingga lebih tinggi dari pura pangubengan. Namun untuk menuju pura pangubengan harus menyebrang sebuah jurang yang tidak terlalu dalam. Jalurnya ada di belakang salah satu rumah penduduk di kiri jalan. Pura pangubengan terlihat sangat jelas dari sini.
Penyelidikan pun berlanjut. Saat motor kami terhenti di ujung jalan aspal, di situ kami menemukan jalur pendakian ke gunung agung. Di situ ada semacam kolam penampungan air di belakang sebuah kantor kecil. Jalur pendakian itu terletak di belakang kolam penampungan itu. Jalur itu berbelok ke kiri dan sedikit menyebrang jurang, yang kemudian akan menyatu jalur dari pura besakih. Jalur itu akan menyatu di atas pura panggubengan. Hanya di butuhkan waktu sekitar 5 jam dari sini untuk mencapai puncak agung. Di pura pangubengan ataupun besakih tidak ada pemeriksaan pemeriksaan pendakian. 

Karena hidup ini tak semudah apa yang kita tulis, maka ku persembahkan ini untukmu