Tempat Paling Rawan Nyasar Di Gunung
A.
Perkebunan
Perkebunan menjadi kawasan
yang sering menyesatkan para pendaki. Karena biasanya pada daerah perkebunan
terdapat banyak percabangan jalur. Percabangan jalur tersebut terbentuk karena
aktifitas penduduk yang sedang berkebun atau mencari kayu bakar di perbukitan.
Jika anda kurang paham
tentang jalur yang anda lalui sebaiknya berangkat di pagi hari. Karena waktu
pagi hari akan banyak orang yang bekerja di ladang sehingga anda dapat bertanya
jalur pada mereka.
Contoh
: Gunung Sumbing jalur Garung,Gunung Arjuna jalur Lawang, Gunung Cikuray jalur
Dayeuhmanggung
Gunung Cikuray jalur
Dayeuhmanggung
B.
Sabana
Sabana juga menjadi kawasan
yang sering menyesatkan para pendaki. Bayangkan jika anda berjalan menyusuri rimba
kemudian anda sampai pada sebuah sabana yang luas. Jika tidak berhati hati anda
akan kesulitan untuk mencari sambungan jalur untuk masuk rimba. Di sabana
biasanya terdapat banyak jejak sehingga membuat jalur sulit di tebak. Jejak
tersebut tercipta karena biasanya pendaki suka mendirikan tenda di sabana.
Mereka mengisi waktu luang untuk berfoto atau jalan jalan sehingga meninggalkan
banyak jejak yang membingungkan.
Puncak Gundul, Gunung Papandayan
Untuk mengatasi hal ini
sebaiknya pendaki extra hati hati ketika memasuki kawasan ini. Tetap mencari
petunjuk semacam patahan ranting ataupun tali. Jika kurang yakin dengan jalan
yang di lalui, dalam keadaan darurat pendaki bisa mengelilingi tepi sabana untuk
mencari alternatif jalur lain. Jika di temukan banyak jalur maka di butuhkan
kemampuan anda dalam pembacaan jalur. Jika anda masih kesulitan untuk menemukan
jalur yang meyakinkan, anda dapat mencoba semua jalur untuk di bandingkan
kelayakanya.
Contoh : Oro oro Ombo (Gunung Semeru)
Oro oro ombo,gunung Semeru
C.
Plawangan
Plawangan berasal dari bahasa
jawa yang berarti lawang atau dalam bahasa indonesia berarti pintu. Yang di
maksud pintu di sini adalah keluarnya kita dari jalur pendakian yang berupa
hutan lalu berganti dengan medan berupa bebatuan, pasir dan kerikil. Dalam
bahasa ilmiahnya di sebut batas vegetasi. Batas hutan terakhir hingga puncak
tertinggi di sering di sebut Plawangan
Merapi, jalur Babadan
Plawangan biasanya tertelak
pada gunung gunung yang masih aktif dan sering meletus sehingga Plawangan
mempunyai medan batuan, kerikil dan pasir. Pohon tak bisa tumbuh di daerah ini
karena selain plawangan tertetak di daerah yang terlalu tinggi untuk di tumbuhi
pohon, pohon yang bisa bertahan akan mati terkena letusan gunung. Jadi bisa di
gambarkan plawangan seperti dataran miring yang terdiri dari batuan, kerikil dan
pasir. Kawasan ini biasanya sering di terjang kabut dan badai.
Merapi, jalur Selo
Keadaan tersebut membuat
jalur pendakian sulit di tebak karena batuan takkan meninggalkan jejak jika
terinjak,sehingga jalur pendakian akan terlihat samar samar. Selain itu keadaan
di manapun anda berdiri di daerah plawangan akan terlihat sama sehingga akan
menyulitkan kita untuk kembali ke jalur yang benar jika tersesat.
Satu lagi hal yang sangat
penting adalah banyak pendaki yang hilang di kawasan ini ketika perjalanan
turun. Hal ini di akibatkan karena mereka kesulitan untuk menemukan pintu masuk
jalur ke dalam hutan sehingga memaksa mereka untuk sembarangan masuk ke hutan.
Pendaki yang tersesat di kawasan ini akan sangat sulit di temukan.
Semeru
Cara untuk mengatasinya
adalah tinggalkan jas hujan ponco atau sejenisnya dengan warna mencolok seperti
orange atau kuning di depan jalur ketika memasuki kawasan plawangan. Perkirakan
letaknya agar terlihat dari puncak ketika kabut. Jangan memasang ponco dengan
warna putih karena akan sangat sulit di lihat ketika kabut. Hal ini di
maksudkan ketika pendaki turun dari puncak mereka akan mudah menemukan pitu
masuk hutan. Ponco ini akan terlihat karena di plawangan tidak ada 1 pohon pun. Ini salah satu kisah petualangan nyasar di Plawangan gunung Merapi, Klik sini
Slamet,jalur bambangan
Ketika pendaki masih ragu
dengan tanda yang sudah di pasang, pendaki dapat meninggalkan petunjuk lainya
dengan tissue atau kertas. Hal ini di lakukan karena tidak ada ranting yang
bisa di patahkan dan juga tidak ada pohon yang bisa di ikat di daerah ini.
Tissue atau kertas di tindih dengan batu dan di letakkan dengan interval
tertentu. Cara ini akan mempermudah anda untuk tetap berjalan di lajur ketika
turun dan mempermudah anda kembali ke jalur ketika tersesat. Ini salah satu kisah penyelamatan korban nyasar di Plawangan gunung Slamet, Klik sini
Contoh
: Gunung Merapi,Gunung Semeru,Gunung Slamet
D.
Area Perbukitan
Puncak gunung yang berada di
sebuah pegunungan biasanya mempunyai jalur yang naik turun dan berliku liku.
Hal ini akan membuat pendaki berfikir negatif terhadap jalur yang di lalui.
“Ketika naik jalan menurun,ketika turun jalan menanjak” pemikiran tersebut lah
yang biasanya menaungi benak mereka. Keraguan itulah yang biasanya membuat
mereka tersesat.
Ketika pendaki melewati jalur
seperti ini tetap waspada dan gunakan insting pembacaan jalur anda. Tetap
mencari petunjuk seperti sampah,patahan ranting atau tali karena jalan yang
menanjak belum tentu benar. Jangan lupa tinggalkan petunjuk bagi diri anda
sendiri agar mudah kembali ketika tersesat. Ini salah satu kisah korban nyasar di gunung argopura, Klik sini
Contoh
: Gunung Argopura jalur Bremi,Gunung semeru jalur ranupane