"Karena yang terpenting bukan apa yang kita dapat dari dunia, tapi apa yang bisa kita beri pada dunia"

Goa Pindul Sungai Oyo, pemandangan indah bawah tanah

Goa Pindul dan Sungai Oyo terletak di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Gua Pindul memiliki panjang sekitar 350 m, lebar hingga 5 m, jarak permukaan air dengan atap gua 4 m dan kedalaman air sekitar 5-12 m. Kita bisa menikmati keindahan goa pindu dengan Cavetubing. Jika rafting (arung jeram) adalah kegiatan menyusuri aliran sungai dengan menggunakan perahu, maka cavetubing adalah kegiatan menyusuri gua menggunakan ban dalam. Aliran air di goa pindul cenderung tenang sehingga cukup aman bagi anak anak dan ibu ibu.

12 Juni 2012
Siang itu 12 orang angota SHERPA Geodesi UNDIP telah sampai di dusun Gelaran. Kami di sambut dengan ramah oleh pihak pengelola wisata goa pindul. Kami menikmati wedang gula jawa hangat yang telah disediakan oleh pihak pengelola. Baru pertamakali aku minum minuman seperti ini, tapi rasanya sangat mantab. Sepertinya lidahku jatuh cinta pada minuman ini. Setelah itu kami segera memilih paket wisata yang telah disajikan oleh pihak pengelola. Kami memilih 2 paket wisata yaitu :

Paket Cave Tubing Pindul
1.       Jasa pemandu
2.       Perlengkapan ( ban pelampung, jaket pelampung, sepatu karet, Head Lamp )
3.       Asuransi
4.       Biaya Rp 30.000/ orang


Paket River Tubing Sungai Oya
1.       Jasa pemandu
2.       Perlengkapan ( ban pelampung, jaket pelampung,sepatu karet )
3.       Transportasi
4.       Asuransi
5.       Biaya Rp 45.000/ orang


Kami dipersilahkan untuk memilih perlengkapan yang sesuai dengan ukuran masing masing personil. Perlengkapan tersebut diantaranya Ban, jaket plampung dan sepatu karet. Kami segera menuju ke pintu masuk goa pindul ditemani oleh 2 pemandu. Setelah sekitar 5 menit berjalan akhirnya kami sampai di pintu masuk goa pindul.

Pada saat itu air sedang surut sehingga sungai ini tampak sangat tenang. Kami segera meletakkan ban di atas permukaan air. Kami akan menaiki ban tersebut untuk menyusuri sungai sambil menikmati keindahan goa pindul. Sebelum kami memasuki goa pindul Pemandu memfoto kami dari atas permukaan tanah. Pada waktu itu aku membawa sebuah kamera sehingga apapun yang terjadi aku tidak boleh terjebur ke sungai. Aku harus selalu berada di atas ban dalam keadaan apapun.


Perjalanan ini pun akhirnya dimulai. Kami semua berada pada posisi melingkar. Kami harus berpegangan tangan agar tidak tercecer satu sama lain. Perlahan lahan ban karet yang kami tumpangi mulai memasuki goa pindul. Pemandu menerangkan setiap detail tempat ini sambil mengiringi perjalanan kami. Goa ini memiliki 3 zona, yaitu zona terang, zona remang, dan zona gelap. Pertama tama kami harus melewati zona terang yang berada tidak jauh dari mulut goa.

Dinding goa pindul terlihat sangat indah ketika itu. Lampu headlamp sang pemandu menyinari dinding goa yang sangat menawan. Dinding goa tersebut tampak seperti lukisan abstrak. Kamera ku terus mengabadikan momen langka ini. Semakin lama goa ini semakin gelap karena kami semakin jauh dari mulut goa. Pemandangan yang tersaji semakin mempesona. Tampak stalakmit dan stalagtit yang sangat indah. Kami sangat takjub melihatnya. Pemandangan langka ini tidak pernah kujumpai sebelumnya. Lama kelamaan akhirnya kami sampai di zona gelap. Di kawasan ini terdapat banyak kelelawar penunggu goa.

Setelah 45 menit berada di dalam goa akhirnya kami sampai di pintu keluar goa pindul. Di atap goa terdapat lubang yang tampak seperti sumur. Orang orang setempat menyebutnya sumur terbalik. Cahaya mentari masuk ke dalam goa melalui lubang tersebut. Kami segera menjebur ke sungai, kami melompat dari ban yang kami tumpangi. Kami sejenak bermain air di tempat ini. Beberapa dari kami ada yang melompat dari atas bebatuan. Disini adalah tempat yang sempurna untuk ajang lompat gaya bebas.

Setelah itu kami segera berenang keluar goa. Kami melanjutkan perjalanan menuju sungai oyo. Kami harus melewati persawahan penduduk untuk sampai di sungai oyo. Kami berhenti sejenak di sebuah warung yang kami temui di pinggir jalan. Waktu itu keadaan kami basah sehingga kami tidak membawa uang. Tapi fasilitas dan pelayanan pengelola wisata ini sangat jempol. Kami bisa mengambil apapun di warung tersebut dan membayarnya nanti setelah semuanya selesai.

Panjang sungai 1500 m dg durasi 1 – 2 jam perjalanan. Sepanjang aliran sungai terdapat tebing-tebing yg indah dan alami khas batuan karst Gunungkidul. Disana kita bisa menikmati keindahan aliran sungai Oyo dengan menggunakan ban dalam, seperti halnya di goa Pindul. Dengan ditemani pemandu dan peralatan yang membuat kita aman dan nyaman maka tak perlu takut untuk mengarungi sungai dengan kedalaman 7 - 11 Meter ini.

Setelah sekitar 10 menit berjalan akhirnya kami sampai di sungai oyo. Kami segera menjeburkan diri ke sungai dan memulai petualangan River Tubing. Waktu itu arus sungai tidak terlalu deras sehingga adrenalin kami kurang terpacu. Tapi tenang, disini terdapat sebuah tempat untuk menguji seberapa besar nyali kita. 

Kami berhenti di sebuah air terjun kecil. Di tempat ini terdapat sebuah jembatan yang membentang di atas sungai ini. Jembatan ini sengaja dibuat untuk dijadikan tempat loncat indah bagi mereka yang haus akan adrenalin. Jembatan itu memiliki tinggi sekitar 3-4 meter dari permukaan sungai. Jika dilihat sekilas meloncat dari jembatan ini sangatlah mudah. Tapi jika kita sudah berada di atasnya maka akan sangat lain keadaanya.

Byur byur byur. Satu persatu personil mulai lompat dari jembatan tersebut. Ada beberapa personil yang memilih untuk berdiam diri di sungai karena takut meloncat dari ketinggian. Disini kita juga bisa meloncat dari tempat yang lebih tinggi. Kita bisa meloncat dari sebuah tempat yang telah disediakan oleh pengurus setempat. Tempat itu memiliki ketinggian sekitar 10 meter. Hal itu akan semakin menciutkan nyali para petualang.

Hanya ada beberapa orang yang berani naik ke tempat tersebut. Jika dilihat dari bawah memang sepertinya mudah tapi jika kita sudah berada di ujung tempat loncatan makan tubuh kita akan gemetaran ketika melihat ke bawah. Dari ketinggian tersebut memerlukan beberapa teknik khusus dalam melompat. Kita harus menjatuhkan kaki lebih dahulu ketika mendarat di air. Jika kita mendaratkan bagian tubuh yang lain ketika menyentuh air maka rasanya seperti dipukul dengan tongkat kasti. Hal ini akan sangat fatal bila wajah kita yang mendarat terlebih dahulu di air.

Selain itu sewaktu mendarat di air kita harus menutup kedua lubang hidung kita. Hal itu dimaksudkan agar air tidak masuk ke dalam lubang hidung. Kecepatan air yang masuk akan sangat tinggi karena kita melompat dari tempat yang tinggi. Hal itu akan sangat berbahaya bagi saluran pernafasan kita. Selain itu kita harus terjun dengan tetap memakai pelampung karena jika kita tidak memakai plampung kita akan tenggelam sangat dalam ketika sampai di sungai. Jika kita tenggelam sangat dalam maka akan membutuhkan banyak waktu untuk kembali ke permukaan. Untuk yang tidak terbiasa menyelam hal ini bisa menjadi masalah karena kita harus menahan nafas agak lama.

Aku ketakukan ketika mencoba lompatan pertamaku. Ketika melompat jantung kita seakan tertinggal di atas sana. Kita melayang cukup lama karena kita melompat dari tempat yang cukup tinggi. Biasanya jika kita melompat dari tempat yang tidak begitu tinggi beberapa sekon setelah melompat akan terdengar bunyi byur. Tapi kali ini kita membuthkan waktu yang agak lama untuk nenantikan bunyi itu terdengar.

Ketakutanku membuatku kembali naik untuk menciptakan lompatan kedua dan seterusnya. Pada lompatan kedua ketakutan itu masih ada sehingga aku memutuskan untuk terus meloncat hingga ketakutan itu lenyap. Pada lompatan ketiga aku berlari dari jarak jauh kemudian melompat dengan penuh keberanian. Kali ini yang terasa bukanlah sebuah ketakutan tapi justru sebuah kenikmatan. Kenikmatan tersebut semakin membuatku kecanduan untuk mengulanginya lagi.

Pada lompatan ke empat aku meloncat ke atas terlebih dahulu sebelum meluncur ke bawah sungai. Aku inginkan sebuah loncatan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sepertinya aku mulai kecanduan melompat. Akibat terlalu banyak meloncat pahaku memar karena terkena benturan dengan permukaan air. Rasanya seperti dipukul dengan toongkat kasti berulang ulang kali.

Setelah itu akhirnya kami semua sampai di ujung perjalanan ini. Kami dijemput oleh mobil pick Up yang akan mengantarkan kami kembali ke basecamp. Sesampainya di basecamp, wedang aren (gula jawa) menjadi sesuatu yang sangat nikmat ketika itu. Kehangatanya berhasil mengusir rasa dingin yang hinggap pada raga yang masih basah. Yang lebih penting wedang aren ini gratis,

Benar benar sebuah petualangan yang menyenangkan. Keramahan pihak pengelola semakin menjadikan tempat ini begitu menarik untuk dikunjungi. Yang lebih penting lagi semua orang bisa mengunjungi tempat ini. Kita tidak membutuhkan teknik tinggi untuk menyusuri goa dan mengarungi sungai ini.

SALAM LESTARI


0 komentar:

Posting Komentar