"Karena yang terpenting bukan apa yang kita dapat dari dunia, tapi apa yang bisa kita beri pada dunia"

Night Shot Photography : Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid Agung Jawa Tengah merupakan salah satu masjid termegah di Indonesia. Masjid agung jawa tengah merupakan masjid terbesar di jawa tengah. Masjid dengan arsitektur indah ini mulai dibangun pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2006. Kompleks masjid terdiri dari bangunan utama seluas 7.669 m2 dan halaman seluas 7.500 m2.  Masjid Agung Jawa Tengah terletak di jalan Gajah Raya, tepatnya di Desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.

Kali ini saya akan belajar tentang Night Shoot Fotografi. Saya memilih Masjid agung jawa tengah karena bangunan ini adalah yang paling tinggi di kota Semarang. Masjid agung jawa tengah mempunyai menara asmaul husna dengan tinggi 99 meter. Menara itu adalah spot yang sempurna untuk melakukan night shot. Saya berniat memotret kerlap kerlip lampu kota semarang dari bangunan paling tinggi di kota ini.

Sekitar jam 7 malam saya sudah sampai di masjid agung jawa tengah. Sebelumnya saya telah mencari contoh foto masjid agung jawa tengah di google. Saya melihat foto foto yang diambil olehpara fotografer senior. Saya melihatnya bukan untuk menirunya, tapi untuk menghasilkan foto yang belum pernah mereka ciptakan.

Kali ini saya membawa Kamera DSLR Nikon D3200, filter CPL (Pemekat Warna) dan Tripod. Saya mulai berkeliling di serambi masjid untuk mencari sudut pemotretan yang bagus. Kali ini saya menemukan objek yang bagus, tapi sayangnya foto ini termasuk ke dalam aliran Abstrak Fotografi. Saya melihat pantulan menara masjid agung yang terlihat dari tangga masjid.

Aperture : 8
Iso : 100
Shutter Speed : 30 S
Focal Lenght : 55 Mm

Sebagai orang normal saya harus memfoto masjid agung jawa tengah karena objek tersebut adalalah judul dari tulisan ini. Sebenarnya saat itu terlalu banyak orang yang berada di latar masjid sehingga saya agak sedikit kesulitan mnemukan sudut pemotretan yang sekiranya tidak akan terdapat penampakan di dalam foto.

Aperture : 8
Iso : 100
Shutter Speed : 6 s
Focal Lenght : 18 Mm

Sebenarnya saya ingin memasukkan pagar yang mengelilingi masjid sepenuhnya ke dalam foto. Focal Lenght minimum lensa saya terbatas di angka 18 Mm sehingga objek yang bisa dimasukkan pun tidak bisa diperbanyak lagi. Jika saya bergerak mundur maka akan ada objek yang tidak didinginkan masuk ke dalam frame foto. Distorsi yang dihasilkan oleh lensa kit juga sangat besar oleh karena itu lensa kit tidak bagus jika digunanakn untuk memotret bangunan. Di foto itu tiang penyangga yang harusnya tegak berdiri terlihat miring karena distorsi lensa. Hal itu masih bisa saya atasi dengan bantuan PhotoShop. Ada beberapa objek yang terpotong dalam prosesnya. Hal itu menyebabkan foto yang dihasilkan bukanlah sepenuhnya seperti apa yang diinginkan.

Dari serambi masjid saya bergerak menuju masjid. Saya berdiri tepat di sekitar pintu masuk masjid agung jateng. Dari sini tampak menara masjid agung jateng yang sangat megah. Menara itu menjulang tinggi memecah langit yang mulai gelap. Di depan masjid ada beberapa payung yang bisa dibuka dan ditutup pada saat saat tertentu. Payung tersebut biasanya dibuka ketika hendak diadakan sholat jumat. Payung tersebut tidak pernah lama dibuka, biasanya hanya dibuka ketika jam 11.30 sampai jumatan selesai.

Aperture : 8
Iso : 100
Shutter Speed : 15 s
Focal Lenght : 18 Mm

Setiap lensa memiliki "Sweet spot Aperture", yaitu aperture terbaik dari sebuah lensa yang jika digunakan akan menghasilkan foto yang lebih tajam dari pada aperture lainya. Oleh karena itu saya suka menggunakan aperture 8 karena angka tersebut merupakan sweet spot aperture lensa saya. Refleksi pagar saya gunakan sebagai foreground dan ujung menara saya gunakan sebagai Point of interest. Saya tidak memotretnya menggunakan mode landscape karena akan terlalu banyak objek yang masuk dalam frame sehingga terlihat terlalu ramai.

Setelah hari mulai malam saya segera naik ke menara masjid agung jateng. Setiap orang dikenakan tarif 5 ribu rupiah untuk bisa pergi ke lantai 19 menara ini. Lantai 19 adalah lantai paling tinggi di menara ini. Di lantai 18 terdapat restoran yang tentu saja sangat cocok digunakan untuk makan malam bersama pasangan karena pemandangan yang tersaji disini benar benar yang terbaik di kota semarang.

Pemandangan disini sangat menakjubkan, inilah tempat paling tinggi di semarang ketika itu. Kerlap kerlip lampu tampak berserakan di bawah sana. Dari sini masjid agung jateng tampat sangat megah dan indah. Kini saya mulai melakukan orientasi untuk menemukan titik yang tepat untuk pemotretan. Di sini terdapat pagar besi yang mengitari seluruh lantai 19. Pagar besi ini dimaksudkan sebagai pengaman bagi setiap pengunjung yang datang.

Kini masalahnya adalah pagar tersebut akan mengganggu pemandangan dari foto yang saya jepret. Lensa saya tidak bisa masuk di celah celah besi tersebut karena terlalu sempit. Di pagar tersebut terdapat beberapa lubang yang bisa saya manfaatkan untuk menyusupkan lensa. Tapi lubang tersebut sangat tinggi, bahkan tripod saya yang mempunyai tinggi 1,8 meter belum mampu menjangkaunya.

Kebetulan disini terdapat sebuah balok besi yang biasa digunakan untuk melihat pemandangan dari teropong. Balok tersebut memang diperuntukkan untuk mempertinggi posisi mata manusia. Saya menyeret balok tersebut ke lubang yang telah saya pilih dan saya segera menaikkan tripod di atasnya. Tripod tidak mudah saya dirikan karena posisinya yang terlalu miring.


Waktu itu terdapat banyak pengunjung lain di menara ini. Saya mulai malu karena tampak seperti orang gila yang kurang kerjaan. Tapi terserahlah, this is fotografi bro. Segala cara dihalalkan untuk mendapatkan foto yang kita impikan. Setelah menarik ulur kaki kaki tripod akhirnya tripod ini bisa berdiri dengan kamera yang sudah menancap di atasnya. Dan jepreetttttt ........


Aperture : 8
Iso : 100
Shutter Speed : 25 s
Focal Lenght : 18 Mm

Selanjutnya,
Biarlah foto yang berbicara ...........

SALAM JEPRET


0 komentar:

Posting Komentar