"Karena yang terpenting bukan apa yang kita dapat dari dunia, tapi apa yang bisa kita beri pada dunia"

Senja Terakhir Di Pulau Bali

 
Sekitar 1,5 bulan sejak kedatanganku di pulau Bali, dan hari ini adalah hari terakhirku di pulau ini. Aku berada di sini karena pekerjaan pemetaan pulau Bali, dan ketika pekerjaan ini mulai selesai semua personil di sibukkan dengan berbagai urusan yang harus di selesaikan.Pagi itu aku berangkat ke kota Singaraja yang berada di Utara pulau Bali untuk menyelesaikan sebuah urusan. Dari rumah kontrakan yang berada di Tabanan setidaknya  butuh waktu sekitar 3 jam untuk sampai di singaraja. 

Sore hari sekitar jam 17.30 WITA aku sampai di rumah kontrakan setelah menyelesaikan semua urusan di Singaraja. Aku hanya ingin menikmati sebuah sore yang indah sebelum pulang ke Semarang esok hari. Dan semua orang tahu bahwa senja paling indah di pulau ini tersaji di pantai kuta. Ku arahkan motor menuju Denpasar sekalian mengantarkan sebuah barang pada seorang rekan yang akan terbang dari bandara jam 8 malam.

Bersama seorang teman yang bernama Husen ku lewati keramaian jalan raya. Motor dan mobil membanjiri jalanan karena sore hari adalah jam para pegawai pulang kerja. Motor kami melaju cukup liar, menyalip apapun yang ada di jalan. Di sela sela ban motor berhenti, selalu ku lihat jam yang masih melekat di tangan kiriku. Hanya tersisa sedikit waktu sebelum malam menjelang. 

Dari semua objek wisata di pulau ini tak bisa ku pungkiri bahwa pangai kuta adalah yang terindah. Dan ku inginkan sebuah perpisahan yang luar biasa dengan pulau ini, di tempat yang menyajikan senja paling indah, di pantai Kuta

Sepertinya matahari terlalu cepat menghilang atau jarum jam ini terlalu cepat berputar. Meski begitu kami masih melaju secepat mungkin, demi hari terakhir kami di Bali. Detik detik ini begitu menegangkan seperti juga cara kami mengendarai motor. Langit mulai redup dan mentari pun mulai tak tampak. Kekecewaan mulai menghinggapi, kesedihan mulai merayap di hati dan kini harus ku akui, matahari tenggelam lebih cepat dari pada laju motor kami. Kami pun gagal.

Di sebuah pertigaan jalan tertulis sebuah arah. Nama sebuah pantai yang mungkin bisa kami capai dengan cepat dari sini, yaitu pantai seminyak. Harapan kembali muncul dan tanpa pikir panjang motor kami segera mengarah ke pantai Seminyak. Sebelumnya kami tak pernah mengunjungi pantai ini dan kali ini tersaji banyak persimpangan jalan. Sedangkan senja takkan menunggu kami jika kami berhenti untuk bertanya jalan. Kami ambil resiko dan terus melaju. Meski tersaji banyak persimpangan jalan namun sepertinya kami berhasil sampai di pantai Seminyak. Sepertinya tuhan masih bermurah hati pada para pemburu sunset ini


Sore itu mentari senja masih bersedia menyajikan sebuah pemandangan yang luar biasa. Cahaya jingga menghiasi langit pulau Bali yang semakin redup. Mata kameraku terus merekam semua memory tentang senja, tentang sebuah perpisahan pada pulau Bali.


Ku hanya bisa duduk terdiam di tepian pantai. Menikmati lampu lampu malam yang mulai menyala. Di sebelah pantai Seminyak terlihat pantai Legian dan di sebelahnya lagi terlihat pantai Kuta. Ku tak tahu harus bahagia atau sedih, ku hanya bisa diam di atas pasir ini


Angin senja membuatku berdiri. Memaksaku beranjak dari pantai Seminyak. Selamat tinggal Kuta, terimaksih Seminyak. Sampai jumpa di lain waktu, sampai jumpa di lain senja. 
Selamat Tinggal Kuta