Desa Promasan : Ajaran Tentang Loyalitas
Ini adalah sebuah cerita tentang Loyalitas, tentang sesuatu yang telah tertanam di pemikiran. Sebuah cerita tentang rasa kecintaan pada organisasi yang telah membesarkan kita. Rasa itu mampu membuat kita mengesampingkan faktor apapun yang coba membatasi kesetiaan itu.
19 Desember 2011
Jam 06.15 pagi, Nanda sudah berada di depan kosku. Dari kosku yang terletak di daerah UNDIP tembalang kami segera memulai cerita indah ini. Ketika banyak mahasiswa berangkat kuliah, kami malah berangkat menuju sebuah desa kecil di atas gunung Ungaran. Kami akan menghadiri diklatsar SWAPALA KALIJAGA angkatan 13, yaitu sebuah organisasi pecinta Alam SMA N 1 Demak. Terus terang saya harus bolos kuliah untuk bisa menghadiri acara ini.
SWAPALA KALIJAGA adalah organisasi pertamaku. Organisasi inilah yang membuatku mengenal gunung. Organisasi ini telah mengajariku arti sebuah loyalitas. Saya adalah anggota angkatan 8 SWAPALA KALIJAGA sedangkan Nanda adalah anggota angkatan 9 SWAPALA KALIJAGA
19 Desember 2011
Jam 06.15 pagi, Nanda sudah berada di depan kosku. Dari kosku yang terletak di daerah UNDIP tembalang kami segera memulai cerita indah ini. Ketika banyak mahasiswa berangkat kuliah, kami malah berangkat menuju sebuah desa kecil di atas gunung Ungaran. Kami akan menghadiri diklatsar SWAPALA KALIJAGA angkatan 13, yaitu sebuah organisasi pecinta Alam SMA N 1 Demak. Terus terang saya harus bolos kuliah untuk bisa menghadiri acara ini.
SWAPALA KALIJAGA adalah organisasi pertamaku. Organisasi inilah yang membuatku mengenal gunung. Organisasi ini telah mengajariku arti sebuah loyalitas. Saya adalah anggota angkatan 8 SWAPALA KALIJAGA sedangkan Nanda adalah anggota angkatan 9 SWAPALA KALIJAGA
Desa Promasan bisa di capai melalui
2 jalur, yaitu lewat Umbul Sidomukti Ungaran atau pemandian air panas Nglimut. Pemandian air panas Nglimut terletak di Kabupaten Kendal. Dari Umbul Sidomukti butuh waktu setidaknya 2,5 jam perjalanan
untuk sampai di desa Promasan. Perjalanan ini akan melewati jalur pendakian
menuju puncak Ungaran. Jika ingin mengendarai motor sampai desa Promasan kita bisa lewat pemandian air panas nglimut.
Sekitar 30 menit berselang kami
sampai di objek wisata pemandian air
panas nglimut yang terletak di daerah Kendal. Dari sini kami harus melewati
jalan bebatuan yang terjal untuk sampai di desa Promasan. Jalanan ini
membentang di tengah tengah perkebunan teh lereng gunung ungaran.
Pagi itu banyak penduduk yang sedang berangkat untuk memetik teh. Senyumnya ramah, seolah menyambut kedatangan kami. Udara sejuk pegunungan membersihkan paru paru kami. Pemandangan indah ini pun mencuci kedua mata kami.
Jalan yang kami lewati begiu terjal. Tidak heran banyak motor yang sering terjatuh di jalanan ini. Bahkan kadang ban depan motor bisa terangkat karena jalanan ini terlalu menanjak. Nanda sering turun dari motor untuk mengurangi beban. Motor kami tak mampu menaklukkan tanjakan tanjakan yang begitu tajam ini.
Sekitar 1 jam berselang kami sampai di desa Promasan. Kami segera merapat ke rumah Biyung. Biyung adalah seorang penduduk desa Promasan yang sudah terkenal di kalangan pendaki. Para pendaki gunung biasanya menginap terlebih dahulu di rumah biyung sebelum melakukan pendakian ke puncak Ungaran. Di sana para Senior SWAPALA KALIJAGA masih tertidur. Mereka sepertinya kelelahan karena acara yang berlangsung tadi malam.
Diklatsar ini berlangsung selama 4 hari, yaitu mulai dari hari jumat sampai dengan hari senin. Kami datang di hari terakhir acara ini, hanya ingin menunjukkan loyalitas kami pada organisasi ini. Para senior dari berbagai kota pun selalu hadir dalam acara ini. Loyalitas mereka tak terbantahkan
Jalan yang kami lewati begiu terjal. Tidak heran banyak motor yang sering terjatuh di jalanan ini. Bahkan kadang ban depan motor bisa terangkat karena jalanan ini terlalu menanjak. Nanda sering turun dari motor untuk mengurangi beban. Motor kami tak mampu menaklukkan tanjakan tanjakan yang begitu tajam ini.
Sekitar 1 jam berselang kami sampai di desa Promasan. Kami segera merapat ke rumah Biyung. Biyung adalah seorang penduduk desa Promasan yang sudah terkenal di kalangan pendaki. Para pendaki gunung biasanya menginap terlebih dahulu di rumah biyung sebelum melakukan pendakian ke puncak Ungaran. Di sana para Senior SWAPALA KALIJAGA masih tertidur. Mereka sepertinya kelelahan karena acara yang berlangsung tadi malam.
Diklatsar ini berlangsung selama 4 hari, yaitu mulai dari hari jumat sampai dengan hari senin. Kami datang di hari terakhir acara ini, hanya ingin menunjukkan loyalitas kami pada organisasi ini. Para senior dari berbagai kota pun selalu hadir dalam acara ini. Loyalitas mereka tak terbantahkan
Diklat ini adalah acara terakhir sebelum para calon anggota berubah status menjadi anggota resmi SWAPALA KALIJAGA. Diklat ini bertujuan untuk membentuk karakter anggota SWAPALA KALIJAGA. Anggota SWAPALA KALIJAGA harus memiliki sifat pantang menyerah, Solidaritas dan Loyalitas pada organisasi.
Diklat inilah yang membentuk karakterku. Sebuah karakter yang mampu mengantarkanku ke puncak puncak tertinggi. Bukan berarti ini sebuah kesombongan, tapi aku hanya ingin menunjukkan tentang apa yang berada di belakang pencapaian itu.
Sementara mereka masih tertidur, aku berjalan jalan di sekitar desa Promasan. Puncak Ungaran terlihat sangat dekat dari sini. Perkebunan teh terlihat seperti karpet hijau yang membentang luas. Desa ini cukup dingin untuk membuatku mengenakan jaket.
Diklat inilah yang membentuk karakterku. Sebuah karakter yang mampu mengantarkanku ke puncak puncak tertinggi. Bukan berarti ini sebuah kesombongan, tapi aku hanya ingin menunjukkan tentang apa yang berada di belakang pencapaian itu.
Sementara mereka masih tertidur, aku berjalan jalan di sekitar desa Promasan. Puncak Ungaran terlihat sangat dekat dari sini. Perkebunan teh terlihat seperti karpet hijau yang membentang luas. Desa ini cukup dingin untuk membuatku mengenakan jaket.
Di sini juga terdapat sebuah goa yang cukup dalam. Goa itu bernama Goa jepang. Goa ini mempunyai beberapa pintu masuk Sehingga kita bisa masuk melalui satu pintu lalu keluar dari pintu lainya. Goa ini dulunya digunakan oleh orang jepang untuk benteng pertahanan. Di dalam goa ada banyak ruangan yang luas. Ruangan ruangan ini seperti kamar kamar hotel yang di pisahkan oleh jalan di tengahnya. Pengunjung harus berhati hati dalam menggunakan senter jika memasuki goa ini. Jangan pernah menerangi ruang ruang kosong tersebut dengan senter jika tak ingin melihat “apa yang harusnya tak terlihat”.
Sementara itu peserta masih sibuk melakoni acara acara yang sudah di susun oleh panitia. Kami kembali ke rumah biyung dan makan pagi bersama para senior yang lain. Setelah makan rapat pun di mulai. Kami menyusun skenario untuk panitia dan peserta. Panitia juga harus di evaluasi untuk mendidik kemampuan mereka menyampaikan ilmu pada peserta. Setelah itu ujian fisik dan mental yang terakhir sebagai penutupan diklat ini pun dimulai
Hujan mengguyur desa Promasan. Antarkan dingin untuk menguji fisik para peserta. Kami melatih fisik mereka agar tangguh menghadapi masalah apapun. Kami menyerang mereka dengan kata kata yang tajam, meninggalkan luka di lubuk hati yang paling dalam. Suatu saat ketika mereka teringat pada sebuah luka yang masih menancap di hati, mereka akan akan mengerti, mereka akan pahami tentang arti sebuah Loyalitas. Sesuatu yang membuat kami selalu kembali kesini, entah seberapa jauh jarak memisahkan kami, entah seberapa sering rutinitas memenjara kami.
Sekitar jam 3 sore upacara penutupan diklat ini dimulai. Di antara peserta ada yang menangis karena terharu, ada yang terlawa lebar karena bahagia, ada juga yang bersujud syukur pada sang pencipta. Mereka mendapatkan syal orange sebagai tanda anggota resmi SWAPALA KALIJAGA. Lagu “syukur” berkumandang di tengah hujan yang masih mengguyur. Kenangan inilah yang akan membuat mereka kembali, menunjukkan kontribusinya untuk organisasi ini.
Sekitar jam 3 sore upacara penutupan diklat ini dimulai. Di antara peserta ada yang menangis karena terharu, ada yang terlawa lebar karena bahagia, ada juga yang bersujud syukur pada sang pencipta. Mereka mendapatkan syal orange sebagai tanda anggota resmi SWAPALA KALIJAGA. Lagu “syukur” berkumandang di tengah hujan yang masih mengguyur. Kenangan inilah yang akan membuat mereka kembali, menunjukkan kontribusinya untuk organisasi ini.
Bayangkan organisasi ini adalah sebuah “Truck” dan anggotanya adalah “Roda/Ban ”. Ada ban yang tergeletak begitu saja di atas truk, membuat truk semakin berat untuk melaju. merekalah para benalu dalam organisasi. Ada juga ban yang setia menopang truk, membuat truk itu mampu berjalan sampai kapanpun. Merekalah yang mengerti tentang arti sebuah loyalitas. Dan aku percaya itu kalian.
Upacara Skenario Pembukaan Mental Blocking
SALAM LESTARI
SWAPALA KALIJAGA
JAYA !!!!!!!!
Nama : Andriyana L
Nama Rimba : Kodok
Angkatan 8 SWAPALA KALIJAGA
Nama Angkatan : Pantera Tigris Sondaica
Di tulis Oleh : Adriyano Louizzao