"Karena yang terpenting bukan apa yang kita dapat dari dunia, tapi apa yang bisa kita beri pada dunia"

Skripsi : Serigala Muda yang Terpasung

Detik demi detik terasa begitu lambat, jarum jam pun seakan lelah untuk berputar. Keadaan ini menyeretku pada imajinasi yang terus menggeliat, membayangkan rencana hebat, cerita hebat dan pencapaian hebat. Sejenak penerawanganku terhenti pada penat yang terus menerpa. Aku seperti serigala liar yang terikat di sebatang pohon.

Jalan ini terlalu datar, tapi inilah jalan satu satunya, tidak ada pilihan lain yang bisa ditempuh, apalagi menghindar. Di ujung bukit ini angin begitu jelas memanggil, namun kakiku masih terikat di pohon ini. Masih banyak tempat yang harus kudatangi, masih banyak jalan yang harus ku tempuh. Sesuatu harus segera diselesaikan, sebelum ambisi ini benar benar mendidih.


Jauh di dalam jiwa terdengar suara yang memanggil. Suara itu mengalun perlahan, membawaku masuk ke dalam sebuah album kenangan. Kenangan itu seakan meledak, melontarkan warna warna indah. Ledakan itu melayang, membumbung tinggi, mencoret langit.

Aku rindukan detak jantung yang berdegub kencang, seperti ketika mendaki Gunung Agung seorang diri, bermodalkan tas kecil yang berisikan 1 botol air dan 1 buah roti basah, tanpa registrasi dan tak bertemu manusia manapun di gunung. Aku berlari menuruni gunung, dari malam yang semakin dekat. Cidera engkel kaki kananku membuatku harus jatuh dan bangun, terkapar di belantara.

Aku rindukan sebuah sunset yang paling berkesan, ketika 3 temanku telah masuk ke dalam tenda, mencoba bersembunyi dari malam. Dari tempatku duduk, di depan sebuah tenda yang tak tau letaknya, yang jelas di lebatnya belantara Gunung Argopura. Tenagaku telah habis, keringatku tak lagi menetes, air liar pun seakan kering, aku tak punya tenaga lagi untuk mencari jalan pulang, aku tak punya air lagi untuk diminum. Aku tersesat di sebuah tempat dengan banyak jejak macan, sebuah tempat yang tak terjangkau signal, sebuah tempat yang benar benar membuatku terasing. Aku terjepit pemikiran bodohku, "mungkin ini sunset terakhir yang bisa ku lihat", mungkin petualangan ini akan sampai pada batasnya. Tapi gunung ini tak mengijinkanku mati di punggungnya, dan aku tak akan mengijinkan pemikiran bodoh itu hinggap kembali.


Aku rindukan sebuah perjalanan panjang, perjalanan tak kenal lelah, perjalanan tak kenal henti. XPDC 9 Puncak tanah sunda, sebuah perjalanan 2 orang pria, menyusuri puncak puncak tanah pasundan. Gunung Gede Pangrango yang tutup tak pernah menghentikan langkah kami, pun begitupula gunung Salak yang sedang tutup karena aktifitasnya meningkat. Bagi kami tak pernah ada gunung yang benar benar tutup. 6(*o*)9

Aku rindukan sebuah keadaan ketika materi benar benar tidak dibutuhkan. Desa rantelemo, sebuah desa kecil di lereng gunung latimojong, berjarak sekitar 12 jam dari makasar. Dompetku hilang, bersama uang rekanku di dalam dompetku. Satu satunya transportasi menuju desa ini adalah dengan menaiki truck selama 2 jam dari kec. Baraka, Enrekang. Truck itupun hanya beroperasi ketika hari senin dan kamis, melewati jalanan yang terlihat seperti lintasan offroad 4x4. Entahlah, Persetan dengan transportasi, tapi kami bertiga tak punya uang untuk membayar apapun. Kami menumpang truck, kemudian turun di jalanan. Kami memberhentikan angkutan, naik tanpa bayar. Kami terasing di teras warga, menanti gerimis reda. Beberapa buah salak pemberian warga menjadi makanan pengganjal perut sore itu.

Ah, masih banyak cerita, masih banyak kenangan. Ketika sang serigala muda terlepas dari tali yang mengikatnya, satu demi satu cerita akan terukir, satu demi satu jalan akan akan tertempuh, satu demi satu tanya akan terjawab.

Aku ingin merasakan,
Derasnya hujan di puncak gunung,
Dinginya kabut yang menghantam kulit, 
Gelapnya rimba yang penuh misteri,
Terjalnya jalan yang penuh liku.
Detak jantung yang menggema,
Tetesan keringat yang mengucur,

Akan datang suatu waktu dimana kebebasan itu kembali hinggap
Akan datang suatu waktu dimana perjalanan itu kembali dimulai

Telah banyak mimpi yang tersusun, telah cukup ambisi untuk memulai. Hanya harus menunggu, sejenak, menyelesaikan sesuatu yang harus diselesaikan (Skripsi)

Manusia tidak akan pernah merasa sendiri, selama dia punya mimpi. Manusia akan sulit terhentikan, selama dia punya ambisi

SALAM LESTARI


0 komentar:

Posting Komentar