4 hari keliling Negara
Ini
cerita tentang sebuah kota yang berada di sebelah barat pulau bali. Negara
adalah salah satu kota besar yang terdapat di pulau bali. Selayaknya kota kota
lain di pulau bali Negara juga memiliki arsitekur kota yang luar biasa
Di
kota ini banyak terdapat orang orang jawa yang sengaja datang ke sini untuk
mencari pekerjaan. Di kota ini dominasi agama islam mulai terlihat karena cukup
dekat dengan pulau jawa. Dari kota inilah akan terukir sebuah kisah yang indah
untuk di ingat
Pagi
itu semua personil menyebar membelah kota Negara untuk mengumpulkan data. Aku
segera meluncur ke sebuah desa terpencil di sekitar taman nasional bali barat.
Desa ini bernama desa batu agung yang terletak di kecamatan Negara. Motor rentalku
melaju melewati jalan yang terus menanjak. Maklum, Desa ini terletak jauh di
atas bukit
Di
pingggir jalan terdapat tanaman coklat yang memang menjadi komoditi khas daerah
ini. Pohon pohon kelapa juga tumbuh dengan padat menghijaukan daerah ini. Di
sela sela terdapat tumbuhan manggis dan juga mangga.
Di
suatu desa di ujung bukit ku lihat anjing yang sedang berlari lari menggigit
durian. Meski jalanan rusak ku terus melaju hingga akhirnya aku bertemu dengan
seorang bapak yang sedang menggendong sesuatu. Ternyata bapak itu sedang
menggendong durian. 2 Durian yang cukup besar ku beli dengan harga 11 ribu
rupiah. Sepertinya durian ini sulit untuk ku bawa pulang karena tidak mungkin
ku bawa durian ini seharian karena survey masih panjang.
Ku
duduk sendiri di depan sebuah pura di ujung bukit. Ku injak durian agar
terbelah dan bisa di ambil isinya. Sensasi luar biasa mulai terasa, menikmati
durian di depan pura, di tengah perkebunan coklat, di suatu tempat yang cukup
dingin dan tinggi
Hari
ke-2 di kota Negara rekan rekan malah memancing dan menjaring ikan di sungai
dekat kos kos an. Kita berkenalan dengan seorang anak kecil yang tinggal di
dekat kos. Dan dia lah yang mengajak kami memancing dan menjaring ikan. Pada
malam harinya semua personil berkumpul untuk menyantap ikan goreng hasil
tangkapan.
Hari
ke-3 di kota Negara di habiskan dengan perburuan durian. Kembali ku datangi
desa terpencil di ujung bukit ketika ku bertemu dengan bapak yang menjual
durian dengan murah. Sekitar 30 menit perjalanan akhirnya kami sampai di tempat
tujuan. Kali ini kami langsung menuju ke rumah salah satu penduduk yang
biasanya menjual durian. Cuma dengan 50 ribu kami bisa membeli 10 buah durian.
Fantastis murahnya. Semua durian langsung habis di lalap di depan penjualnya.
Ganas tingkat tinggi. Bahkan kami masih memiliki 4 durian untuk di bawa pulang
Di
tengah perjalanan pulang kami bertemu dengan warga yang sedang ramai melihat
Sabung ayam. Kami hentikan dulu motor dan melihat pertunjukkan ini. Semua ayam
mati satu persatu dan hanya sang juara yang bertahan. Di kaki ayam di pasang
pisau kecil sehingga dalam pertempuran di pastikan darah akan tumpah ke tanah.
Ayam yang kalah di potong kakinya sebagai lambang kekalahan
Pertama
tama ayam tersebut menggoreskan pisau ke leher lawanya. Darah mengucur dari
leher lawanya meskipun sang lawan masih bisa berdiri. Selang beberapa menit
pisau menancap di pundak sang lawan. Darah pun tumpah ke tanah dan sang lawan
tak mampu lagi berdiri. Saat ayam yang kalah sekarat. Seorang warga memotong
kedua kaki sang ayam tersebut. Ketika ayam tersebut belum mati pisau warga
sudah merobek perut sang ayam. Ketika ku tanya “untuk apa kaki kaki ayam
tersebut pak ? ”. Bapak itu pun menjawab “ Untuk di buat sop”. Dagingnya juga
pak ? , Iya mas , begitulah bapak itu menjawabnya. Menurut agama yang ku
percaya hal itu terlihat tabu, sehingga perut ku mulai mual karena peristiwa
mengerikan tersebut
Malam
itu kami habiskan untuk jalan jalan ke pusat kota amlapura. Mengingat besok
kami akan kembali ke tabanan. Mungkin hanya sekali seumur hidup kami bisa
menikmati keindahan kota ini. Sesuatu yang tak bisa kami temukan di pulau jawa.
Malam itu di tutup dengan makan mie ayam di kota Negara
Hari
ke-4 sekitar jam 2 siang kami memulai perjalanan panjang ke kota Tabanan
setelah menyantap durian yang masih tersisa. Kami mampir ke sebuah pantai yang
terletak di perbatasan kabupaten Jembrana dan Tabanan. Di gubuk kecil di
pinggir pantai kopi hangat menjadi teman baru kami, sambil memandang deburan
ombak yang memecah karang
Karang
karang yang di tumbuhi lumut hijau menjelma menjadi pemandangan luar biasa di
pantai ini. Berpadu dengan pohon pohon kelapa yang berdiri gagah di tepian
pantai. Laut pun membiru coba ciptakan sebuah kenangan indah untuk kami. Sebuah
kenangan indah tentang sebuah sore. Ketika hari semakin senja kami segera
melanjutkan perjalanan ke Tabanan dan mengakhiri penjelajahan kami mengelilingi
Negara. Sebuah kota indah di sisi barat pulau Dewata