"Karena yang terpenting bukan apa yang kita dapat dari dunia, tapi apa yang bisa kita beri pada dunia"

Mitos mengerikan Puncak Gunung Perahu


Tahun 2007
Ini sebuah cerita tentang pengalamanku beberapa tahun silam. Tentang sebuah gunung yang berikan kenangan mendalam tentang cinta. Membenarkan sebuah kalimat yang sering kita dengar yaitu “ Saat saat SMA adalah saat terindah dalam hidup”. Ketika itu aku masih menjadi siswa SMA N 1 Demak, tepatnya kelas XI IPA 4. SWAPALA KALIJAGA adalah organisasi pecinta alam pertamaku yang membuatku mengenal gunung. Kami berjumlah 10 orang ketika mendaki gunung perahu. Kami menggunakan 5 motor untuk sampai di basecamp gunung perahu. 

Hari itu terlalu larut untuk melanjutkan perjalanan. Kami menginap di rumah salah satu rekan yang berada di sekitar daerah waleri. Setelah pagi tiba kami segera melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Pagi itu kami mulai mendaki gunung perahu dari jalur utara. Kami di antar oleh 2 orang penduduk lokal. Seperti layaknya gunung gunung yang lain, pertama tama kami melewati perkebunan milik penduduk. Kami sering bertemu penduduk lokal yang sedang berkebun di ladang

Beberapa saat kemudian kami mulai memasuki kawasan hutan gunung perahu. Hutan ini sangat rimbun dan asri. Jalur pendakian terlihat basah karena pohon pohon menghalangi sinar mentari untuk sampai ke tanah. Sepintas jalur yang dilewati mirip dengan jalur pendakian gunung Slamet. Terkadang pendaki akan merasa bosan karena terlalu lama berada di hutan. Butuh waktu setidaknya 5-6 jam untuk sampai di puncak gunung perahu. Ketika jalur mulai keluar dari hutan, hamparan rumput akan menyambut kedatangan kita.

Di kawasan puncak gunung perahu terdapat sabana rumput yang sangat luas. Pendaki akan merasa sangat panas jika berada di kawasan ini pada siang hari. Di sini hanya terdapat sedikit tempat untuk berteduh. Puncak gunung ini benar benar seperti perahu. Jalan yang dilalui sangat datar dan begitu jauh. Ketika kita sudah berjalan sangat jauh sepertinya kita masih berada di ketinggian yang sama

Di kawasan puncak gunung perahu ada sebuah mitos unik. Ada beberapa pohon yang tumbuh di tengah sabana. Pohon tersebut membentuk suatu poligon tertutup yang mirip dengan segi empat. Menurut keterangan penduduk setempat bila mana ada orang yang masuk ke dalam segi empat tersebut maka tidak bisa keluar. Terkadang ada orang yang halusinasi ketika masuk ke dalam segi empat tersebut sehingga orang tersebut akan berjalan berputar putar di kawasan tersebut hingga mati. Bahkan ada yang menghilang tanpa sisa ketika memasuki segi empat tersebut.

Dari puncak perahu terlihat sebuah telaga yang sangat indah. Telaga tersebut terletak di sebelah selatan gunung ini. Mungkin itu adalah telaga warna pegunungan dieng. Ketika hari semakin siang kami segera turun gunung, mengakhiri kisah indah ini.

Salam Lestari