"Karena yang terpenting bukan apa yang kita dapat dari dunia, tapi apa yang bisa kita beri pada dunia"

Selamat Tinggal Puncak Garuda


            Sekitar jam 7 malam kami mulai mendaki gunung merapi. Kami berencana mendirikan tenda di pasar bubrah sebelum mendaki ke puncak. Team kami terdiri dari Azka, Kantata, Qomar dan aku sendiri. 

            Kami masih berjalan menuju pasar bubrah menggunakan senter korek yang mungkin tak terlalu terang. Seperti sewajarmya malam di sebuah ketinggian, udara malam ini terasa menusuk kulit.

            Sekitar jam 11 malam kami sampai di pasar bubrah. Malam itu kabut tebal menyelimuti pasar bubrah. Jarak pandang mungkin tak sampai 3 meter mengingat kabut begitu tebal. Kami kesulitan mencari tempat yang cocok untuk mendirikan tenda karena senter korek kami tak mampu menembus kabut. Gerimis mulai datang seolah menyambut kedatangan kami

            Akhirnya kami menemukan suatu tempat yang sekiranya cocok untuk mendirikan tenda. Tenda pun di bongkar untuk menyembunyikan diri dari dingin. Kami segera makan dan membuat teh hangat. Kartu pun segera di bagi untuk menghangatkan malam yang sunyi ini. Tak ada seorang pun di pasar bubrah kecuali kami. Ketika malam semakin larut kami terlelap satu persatu. Menunggu pagi dengan bermimpi


            Cahaya mentari pagi seolah membangunkanku dari tidurku. Namun sialnya tiba tiba otot betis ku terkena kram. Udara dingin membuat otot otot terasa begitu kaku. Hingga ketika ku mulai beranjak dari tidur sepertinya otot betisku tak siap
 

            Semua orang masih tertidur pulas ketika aku keluar dari tenda. Ku coba berjalan jalan di sekitar pasar bubrah untuk menyembuhkan kaki ku yang masih kram. Ternyata tenda kami berdiri di pinggir pasar bubrah.


            Ku lakukan olahraga ringan agar tak merepotkan teman teman ketika summit attack ke puncak. Dengan langkah pelan ku berjalan ke arah puncak bayangan. Terlihat sunrise memanggilku dari balik puncak bayangan. Ku berjalan ke puncak bayangan sekalian pemanasan otot sebelum mendaki ke puncak. Dari pasar bubrah mungkin membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai di puncak bayangan


            Di puncak bayangan ada sebuah bangunan aneh dan aku tak terlalu tau fungsinya. Dari sini sunrise tampak sangat indah, lebih indah daripada apa yang terlihat di pasar bubrah. Gunung merbabu masih berdiri kokoh di seberang sana. Berselimut awan putih yang menjadikanya lebih indah


            Setelah sarapan kami semua mulai mendaki ke puncak. Sekitar 1,5 jam berselang kami sampai di puncak garuda. Kala itu puncak garuda sudah tak bersayap karena sayapnya patah dan jatuh ke jurang. Di dekat puncak garuda ada kawah aktif merapi yang berwarna kuning kemerah merahan. Kawah tersebut mengeluarkan asap yang terus mengepul ke udara


            Waktu itu adalah satu bulan sebelum merapi meletus. Mungkin patahnya sayap puncak garuda adalah pertanda bahwa gunung ini akan meletus. Setelah puas berada di puncak kami mulai turun gunung. 



            Terlihat kawah mati merapi yang begitu megah. Terdapat bangunan kecil di tengah tengahnya. Waktu itu sebagian kawah mati ini mengalami longsoran yang cukup hebat di sisi selatan. Beberapa menit berselang akhirnya kami smpai di pasar bubrah



            Kami bermain kartu sambil menikmati logistik yang tersisa. Kami menunggu kabut datang antarkan dingin. Maklum siang itu terasa sangat panas. Kami terus bersembunyi di balik tenda karena panas terlalu hebat untuk di hadapi.


            Ketika cuaca tak terlalu panas kami mulai turun gunung. Kami menikmati sunset di objek wisata New Selo yang berada di lereng gunung merapi. Kenangan manis yang mungkin takkan terlupakan. Sebuah sore yang luar biasa. 

            Dan kini merapi telah meletus dengan hebatnya. Memporak porandakan apa saja yang ada di sekitarnya. Puncak garuda kini tinggal kenangan. Tersimpan dalam pada hati setiap pendaki. Selamat Tinggal Puncak Garuda, Puncak Kebanggaan Gunung merapi


0 komentar:

Posting Komentar